INDAHNYA SI AIR YANG SUBUR
Samosir
rasanya tidak pernah kehabisan pesona. Memang baru tiga bulan saya disini dan
belum mencicipi semua pesonanya. Nah.. Setiap kali saya bertanya, tempat apa
yang bagus disini buat dipandang? Jawaban banyak dari mereka adalah Air Terjun
Efrata. Air terjun ini terletak di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian. Tidak banyak yang tahu tepatnya mengapa air
terjun ini disebut “Air Terjun Efrata”. Namun, dari perkiraan saya sendiri ini
karena air yang jatuh dari bukit sumber air terjun ini begitu deras. Hubungannya
apa dengan Efrata? Dalam perikop Alkitab (1 Tesalonika) disebut bahwa Efrata
berarti yang subur. Derasnya air terjun ini sejalan dengan arti eftrata dalam perikop alkitab: suburrr! Benar atau tidaknya entahlah. Yang pasti air terjun ini indah sekali.
Beberapa
hari yang lalu (07/04/2017) berbekal motor pinjaman, saya pun menuntaskan rasa
penasaran saya terhadap air terjun yang banyak diceritakan orang-orang. Saya
ditemani salah satu rekan saya, Kak Ima Novita Siregar. Jarak tempuh dengan motor
dari pusat Kecamatan Pangururan adalah sekitar 45 menit (bisa lebih cepat).
Berbekal nekat, karena sesungguhnya tidak kami rencanakan perjalanan ini. Jalan
menuju lokasi tidaklah sulit. Namun sungguh harus berhati-hati karena harus
bersaing dengan truk-truk pembawa bahan-bahan material. Bahkan selama beberapa
waktu saya harus bersabar mengantri di belakang empat truk sekaligus. Semakin
mendekati lokasi jalan berbatu dan berdebu mulai mendominasi. Ditambah lagi
jalan menurun menukik tajam. Untungnya kanan-kiri jalan akan sangat dimanjakan
dengan pemandangan Danau Toba yang akan membuat perjalanan terasa menyenangkan.
Sungguh. Rasanya terbayar. Melewati jalanan berbatu, berdebu, serta menukik
namun dihadiahi pemandangan yang membuat mata ingin terus menatap.
Air Terjun Efrata yang "subur" |
Petunjuk
menuju lokasi cukup membantu. Meski agar tidak tersesat, selalu membiasakan
diri untuk bertanya warga sekitar. Kurang lebih empat puluh lima menit melaju,
sampailah kami di tempat tujuan: Air Terjun Efrata. Pertama kali melihat saya
merasa aneh. Wah.. kok sepi? Gumam
saya. Saya berpikir orang-orang terlalu melebihkan air terjun ini. Buktinya,
parkiran sepi. Penjaga pun tak tampak batang hidungnya. Ah ternyata saya salah. Terlalu underestimate. Selepas memarkirkan
kendaraan, seorang Nantulang (ternyata yang merupakan penjaga sekaligus pemilik
rumah dan warung) menghampiri kami. “Ini, Ito,” Ucapnya sembari memberikan tiga
kertas berwarna kuning. Kertas karcis. Terpampang Rp. 2000,-. Dua kertas untuk
kami dan satu lagi karcis parkir. Rp. 6000 total bayaran kami. “Mauliate da, Nantulang,” senyumku sambil
menerima uang kembalian darinya.
Kurang
dari lima menit, tibalah kami di air terjun yang sudah sangat ingin saya lihat.
“WAAAAH!”. Jujur cuma bisa bilang itu saat pertama kali melihat.
Semburan airnya: subur benerrrrr! |
Jump! Higher and higher! |
Mungkin berlebihan,
tetapi sungguh indah sekali pemandangan yang ada di hadapan saya. Hari itu cuma
ada air terjun itu, Kak Ima, dan saya. Nobody else. Saya kurang pandai untuk mendeskripsikan indahnya air terjun ini.
tetapi yang pasti dalam sekali tatap, air terjun ini sungguh memikat indra
penglihatan saya. Ditambah lagi suasana di sekitar air terjun yang bersih dan
sepi membuat semua panca indra saya melonjak kegirangan. Sayangnya, karena
merupakan plan dadakan, kami tak sempat menikmati bagaimana nikmatnya mandi
dibawah kucurannya. Lain waktu, saya harus kembali kesini dan menikati segarnya
kucuran si eftara. Saran saya, datanglah pada hari non-libur atau non-akhir
pekan agar merasakan sensasi private
yang saya rasakan. Ah.. sungguh betul.. Samosir memang banyak pesonanya. Tak
sabar menjamah pesona lainnya! Kapan lagi yah jalan-jalan kita? :)
Komentar
Posting Komentar