Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Demokrasi yang Sehat dan Bermakna

Reformasi di Indonesia paska runtuhnya orde baru membawa hawa segar bagi demokrasi. Namun, tak bisa disangkal banyak indikasi terjadinya kemunduran beberapa tahun belakangan ini. Kebebasan berekspresi dan berpendapat direpresi, regulasi yang menjerat dengan pasal-pasal karet, serta bangkitnya era kolonialisme dalam wujud modernisme.  Ada pula yang menyebut demokrasi Indonesia saat ini sakit bahkan cacat. Hasil survei yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada 17-21 September 2021 menunjukkan yang puas pada pelaksanaan Demokrasi hanya 47.6% (dari 1200 responden). Angka yang bahkan tidak mencapai 50% ini tergolong rendah. Lebih lanjut laporan dari the Economist Intelligence Unit (EIU) pada Februari 2021 menyatakan indeks demokrasi kita turun menjadi 6.3 dari sebelumnya 6.48. Di kawasan Asia Tenggara, indeks demokrasi Indonesia berada di bawah Malaysia, Timor Leste, dan Filipina. Upaya menyehatkan demokrasi di Indonesia adalah upaya bersama, namun yang terpenting adalah dari peme

Jeda

Dalam setiap hal di dunia kita butuh jeda.  Momen di mana bisa mengambil jarak atas apapun yang terjadi.  Dalam hubungan dengan seseorang misalnya. Kita butuh ruang untuk sesekali menepi hanya pada diri sendiri. Melihat dari perspektif bukan dari hubungan itu sendiri. Go beyond, with a bird view .  Lebih pada bagaimana dan sejauh mana kamu mengenal dirimu sendiri.  Apa betul kamu sudah cukup dengan dirimu sendiri? Apa makna saling bertautan satu sama lain?  Apa yang dikejar? Apa yang dicari?  Apa pertanyaan kamu aku sudah saling memenuhi? Saling mencukupkan? Saling berjuang? Tidak hanya tentang kamu aku, tapi tentang dirimu sendiri.  Jeda untuk ambil nafas panjang, untuk melihat lebih dalam, lebih terang. Kamu aku bukan itu dunia kita. Ada hal-hal lebih besar di luar kamu aku. Bukan karena tak sayang. Bukan karena sudah tak ingin.  Dunia terlalu kompleks, terlalu kecil untuk hanya sekadar kamu aku. 

Hati-hati

Jika ada sesuatu yang bisa membunuh tanpa menyentuh, ialah kata-kata. Entah dimana saya baca. Konon katanya tanaman yang diberi pujian setiap hari akan tumbuh menjadi mahluk hidup yang indah nan menawan. Sebaliknya, cacian, makian bahkan. Bisa membuat sang tanaman mejadi layu tak bergairah hingga akhirnya mati.  Sama hanya dengan manusia.  Bisa mati terbunuh, fisik dan mentalnya karena kata-kata. Seorang ibu yang baru melahirkan, yang sedang mengalami baby blues , bisa stress karena ucapan saudaranya, kerabatnya, tetangganya. "Kok kamu ASI nya dikit?" Kata orang zaman sekarang sih mom shaming .  Anak yang sedang gemar-gemarnya menggambar, memvisualisasikan imajinasi liarnya, akan redup bahkan mati api semangatnya karena kata-kata orangtuanya. "Ah.. Gambarmu jelek!". Kid shamming ada gak sih?! Supervisor yang tidak mengapresiasi karya koleganya. Iya saya lebih suka kolega daripada menyebut staf. Lebih banyak kritikan menusuk daripada apresiasi. Ya sesekali lah. Juga

Dua Delapan

Gambar
You said that you are a lifelong learner. Never ending.  Ditulis tepat pukul 00.01. Diposting entah jadinya pukul berapa. Baru saja menyelesaikan sebuah pekerjaan. Baru saja usai membersikan luka di kuku kaki kanan. Sudah mau tiga tahun bersama luka yang tak kunjung sembuh seutuhnya. Dih dih. Ja mur e.  Tiba juga di usia yang semakin tidak muda lagi. Tidak menyangka rasanya......Biasa biasa sahaja! Rasanya lebih dominan gugup bin nerveous bin gemetar kecil.  Entah kenapa malam ini rasanya punya energi berlebih hingga bisa menuntaskan pekerjaan yang rasa-rasanya baru akan usai dalam 5 jam bekerja.  Random saja sih tulisan ini.  Dua delapan.  Babak baru. Banyak tantangan. Masih banyak yang belum kutahui, kupahami. Jalan masih panjang. Kan katamu mau mengabdi, mau berdampak. Jalan masih panjang. Kepala masih kosong. Belum apa-apa. Kamu bisa. Kamu bisa.  Kamu berharga. Itu pasti.  Berjalan terus. Berlari ayo. Berjuang hingga tak bertepi.  Banyak angan. Semesta dan pencipta semoga merestui.