Hati-hati

Jika ada sesuatu yang bisa membunuh tanpa menyentuh, ialah kata-kata. Entah dimana saya baca. Konon katanya tanaman yang diberi pujian setiap hari akan tumbuh menjadi mahluk hidup yang indah nan menawan. Sebaliknya, cacian, makian bahkan. Bisa membuat sang tanaman mejadi layu tak bergairah hingga akhirnya mati. 

Sama hanya dengan manusia. 

Bisa mati terbunuh, fisik dan mentalnya karena kata-kata. Seorang ibu yang baru melahirkan, yang sedang mengalami baby blues, bisa stress karena ucapan saudaranya, kerabatnya, tetangganya. "Kok kamu ASI nya dikit?" Kata orang zaman sekarang sih mom shaming

Anak yang sedang gemar-gemarnya menggambar, memvisualisasikan imajinasi liarnya, akan redup bahkan mati api semangatnya karena kata-kata orangtuanya. "Ah.. Gambarmu jelek!". Kid shamming ada gak sih?!

Supervisor yang tidak mengapresiasi karya koleganya. Iya saya lebih suka kolega daripada menyebut staf. Lebih banyak kritikan menusuk daripada apresiasi. Ya sesekali lah. Juga akan membunuh mati suar dalam diri di tempat kerja. Kerja ogah-ogahan. Hanya demi satu dua rupiah di tanggal dua lima. 

Aduh. Beneran deh. Hati-hati sama ucapan kita. Bener. 

"Wah, saya Jadi bingung kok bisa ya kamu dapat kesempatan itu?" Katanya pada saya. DEG. Rasanya seperti itu jantung saya kala mendengarnya. Saya jawab sekenanya dengan bercanda hingga akhirnya mampu menyelesaikan "obrolan itu" pada hari itu. Setelahnya, saya merenungi kata-kata itu. Teringat beberapa kegagalan yang dialami belakangan ini. Membikin hati sedih. Gamang. Kata-katanya menusuk saya. Sampai tak sadar saya menangis. Tidak kencang, namun buat hati lega. Buat merenung bahwa betul kata-kata bisa sebegitu menusuk. 

Hati-hati. Beneran deh. 

Saya teringat. Beberapa minggu lalu pernah ngobrol dengan seseorang yang tidak kenal saya sebelumnya. Dia sebagai narasumber dan saya sebagai pewara. Kami ngobrol seputar obesitas dan perundungan. Di akhirnya obrolan saya bilang dan sepertinya memang template di akhir sesi talks. Saya bilang, "Pesan penutup buat semua anak yang mengalami obesitas dan dirundung dong, Kak!". 

"Siapapun kalian, apapun koncisi aklian, aklian berharga" Kata-kata ini mengena di hati. Sangat. Saya sedang alami kelesuan dalam rutinitas harian. Rasanya hidup monoton dan tiara artinya. mendengar itu rasanya seperti mendapat pelukan hangat dari sahabat lama. Melegakan. Kata-kata dia menjadi penyemangat. 

Kebalikan dari apa yang saya alami hari ini. Membuat saya sadar pula kata-kata sungguh punya peran yang begitu besar. Bisa membunuh. Hati-hati dengannya. Namun bisa juga mengeringkan luka di hati. 

Bayangkan ibu yang sedang baby blues didukung dengan orang-orang sekitarnya. Diberi semangat melalui afirmasi positif. Ia sehat lahir batin, Menyusui dengan baik, buah hati sehat dan gembira. 

Bayangkan anak yang didukung begitu penuh oleh orangtua. Imajinasinya diapresiasi, seaneh dan seliar apapun itu. Ia akan punya mental pejuang. Negeri ini diisi oleh generasi yang hebat. Wuidih~ 

Bayangkan atmosfer kerja yang nyaman. Supervisor, kolega, dan semua saja menciptakan ruang untuk berkolaborasi dan membantu lingkungan positif. Tidak ada kritik menjatuhkan, tidak ada perundungan. Bayangkan bisa semaju apa kita. 

Bayangkan kalau kita semua bisa lebih berhati-hati dalam berkata. Bijak memilih kata. Santun meski mengkritik. Coba bayangkan dulu. 

Kata-kata tidak terlihat. Namun ia kejam jika kita tak berhati-hati. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Recipe to Combat Stunting: Upgraded Resources and Supportive Policies

Turis Lokal Minggir!