Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023

Benar Kata Orang

Gambar
Entah sedari kapan, saya sering mendengar bahwa kota-kota di #negaramaju seperti Amerika menjunjung tinggi pejalan kaki. Apa benar tuh kata orang? Salah satunya adalah dengan hadirnya fasilitas trotoar yang memadai: ia lebar, strukturnya baik, tidak asal dibuat seolah hanya menghabiskan anggaran. Ketersediaannya pun tidak hanya pada jalan utama, namun rasa-rasanya (sejauh observasi) ada di sepanjang jalan yang memang pasti dilalui oleh pejalan kaki. Penyebrangan jalan juga tidak pernah absen di persimpangan jalan, berikut rambu-rambunya. Bahkan kadang sampai terpikir, "Yaelah jalan sepotong ini aja pun, ada lampu sama penyebrangannya!" Salah satu penyebrangan jalan di area kampus, yang ditandai dengan papan peringatan Sepintas dan secara sederhana (entah bagaimana di baliknya), hal lain yang membuat fasilitas pejalan kaki, baik trotoar maupun penyebrangan jalan, ini memadai adalah kebijakan yang mengikatnya. Washington State Legislature dalam UU mereka yang telah diamandemen

Belum Sadar

18 September 2023. Hari pertama tiba di Seattle. Kala itu waktu setempat pukul 11.00.  Orang sini sih bisa menyebutnya 11 AM, di Kupang kala itu pukul 02.00 WITA.  Tahu persis, karena di pergelangan tangan kanan saya ada jam mungil berwarna merah milik keponakan yang terus saya kenakan.  Dingin menusuk. Menyusuri lorong di bandara. Turut mengantri di imigrasi.  "Saya sudah sampai!" Rasanya seperti tidak percaya. Seperti masih di dalam mimpi. Seperti ingin berurai air mata tetapi tidak bisa. "Saya sudah sampai!"  Menyusuri lorong bandara, mencari loronng lainnya yang menghantar menuju titik lainnya. Transportasi lain yang menghantar saya untuk tiba di tempat tinggal saya di kota ini.  Mendorong dua koper menyusuri jalanan sekitar kampus menuju rumah.  "Saya sudah sampai!"  Sudah hampir seminggu lamanya.  Namun rasanya saya belum sadar sepenuhnya. 

Ketiadaan Sosok Ayah

Gambar
Sumber: Syncplanner.id Pengasuhan anak dalam rumah tangga merupakan tanggungjawab kedua belah pihak: ibu dan ayah. Ketiadaan salah satunya, entah ibu atau ayah, keduanya sama berdampak pada tumbuh kembang anak. Yulinda Ashari (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa ketiadaan sosok ayah berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak. Bahwa orangtua harus menyadari pengasuhan terhadap bukan hanya tugas ibu atau ayah saja. Pengasuhan sifatnya kolaboratif dan terintegrasi satu sama lain.  Ketiadaan sosok ayah atau yang juga disebut dengan fatherless , father absence , father loss , atau father hunger, terjadi di mana saja, termasuk di Indonesia. Fenomena ini tidak hadir begitu saja. Merujuk Duvall (1977), sejarah mengatakan tataran sosial mendefinisikan laki-laki bertanggungjawab untuk memberi makan istri dan anak, sedangkan perempuan lebih bertanggungjawab untuk mempersiapkan makanan dan mengurus anak. Ini kemudian seolah membuat aturan sosial tak tertulis bahwa tanggungjawab untu

Tarik Napas, Buang Napas

Gambar
Cuaca di Tokyo ternyata tidak terlalu berbeda dengan Jakarta. Panas dan matahari terik pagi ini. Salah satu hal yang peling berbeda adalah langit biru yang kini langka dimiliki di Jakarta. Perbedaan waktu Tokyo dengan Jakarta hanya terpaut 2 jam lebih cepat. Itu artinya 1 jam lebih cepat dari Kupang. Perbedaan waktu dan suasana yang belum jauh berbeda ini cukup membantu menetralisir perasaan.  Pemandangan dari salah satu ruang tunggu di Narita.  Terik membiru! (bukan membara :p) Meski sekarang pun sebenarnya sudah terpantau lebih tenang dari kemarin. Apalagi setelah menumpahkan air mata di bandara. "Ini yang kamu mau, Tuhan sudah kabulkan"; "This is something that you dreamt for"; kata-kata dari beberapa teman yang sangat menguatkan dan kembali mengingatkan bahwa apa yang dijalani kini adalah bagian yang memang sudah dinanti sejak dulu. Dulu sekali.  Lantas kenapa bersedih? "Hanya butuh waktu, setelahnya terasa biasa lagi!," ucap teman yang lain.  Ini mem

Tiba Saatnya

Gambar
Ditemani bekal dari rumah Bener-bener waktu akan cepat sekali berlalu ketika sedang merasa nyaman, aman, tiada tekanan. Enam minggu di rumah rasanya terlewat begitu saja. Hari ini hari keberangkatan ke Seattle tiba! Perjalanan panjang, akan membosankan dan mungkin membuat hati bersedih karena sendiri dan masih teringat rumah.  Tapi saat ini yang dirasakan lebih campur aduk tidak karuan. Ingin rasanya menangis tapi seperti masih tertahan. Entah kenapa.  Namun perasaan campur aduk yang paling dominan saat ini sebenarnya sedih. Ingat rumah. Ingat Bapa dan Mama yang penuh dengan dinamika. Gorby, Eflin, dan Cello, musuh sehari-hari selama sebulan ini. Mesakh yang belakangan jadi teman bertualang seperti hari-hari kemarin. Juga teman-teman lain yang ditemui, yang membuat hati ini membuncah.  Perjalanan masih panjang, sedih masih menggelayut, tapi percaya akan bisa segera dilalui, perlahan-lahan.  Bandara Soekarno Hatta, 17 September 2023, 11.57 WIB Duduk sendiri dengan 2 koper, kangen saja! 

Menikmati Momen dengan Orangtua!

Gambar
Hampir sebulan di Kupang. Alasan utama karena ingin menghabiskan waktu dengan orangtua. Tidak selalu bepergian bersama. Tidak selalu dalam ruang yang sama. Tetapi setidaknya ada di dekat mereka. Terkadang merasa jenuh karena tidak lagi memiliki rutinitas bekerja padat bahkan kadang lupa untuk bercengkrama dengan mereka. Jauh, semakin jauh.  Momen di rumah untuk tidak hanya membuat semakin dekat, semoga, tetapi untuk menciptakan momen bersama. Tidak pernah tahu kapan perjalanan di dunia ini berakhir. Maka nikmatilah momen ini, meski tak selalu menyenangkan, menyebalkan, membosankan, namun nikmatilah, nikmatilah!  Lagu untuk rumah, entah kenapa! Selamat menikmati :))

Penerima Manfaat dan Pemangku Hak: Manakah yang Lebih Tepat?

Gambar
Part of the world! Sebagai seseorang yang berkecimpung di dunia en-ji-o selama 6 tahun ke belakang ini, kata penerima manfaat atau beneficiaries adalah sesuatu yang lumrah mundar-mandir diperdengarkan. Bukan cuma diperdengarkan bahkan menjadi subjek terpenting dalam memastikan program atau proyek yang didanai donor berhasil dinikmati oleh penerima manfaat. YAGIDUDEH :)))) (bisa nih kapan-kapan jadi bahan tulisan).  Perspektif pembangunan yang dilandasi dengan pemikiran seperti ini tidak sepenuhnya bisa dibenarkan, karena pada akhirnya menempatkan penerima manfaat sebagai subjek yang pasif.  Kamus Merriam-Webster (daring) mendefinisikan beneficiary  (n) sebagai,  "a person or thing that receives help or an advantage from something: one that benefits from something."   Kata menerima bermakna pasif, tidak ada tendensi menolak sesuatu yang diberikan. Perlakuan seperti ini yang kemudian membuat masyarakat tidak mempunyai nilai tawar atau bahkan kuasa atas program pembangunan yang

Kiri Neraka, Kanan Surga. Mengapa Demikian?

Entah sudah berapa kali dan sejak kapan pertanyaan ini terus menerus berputar di kepala. Kiri kerap diasosiakan sebagai sesuatu yang kotor, gelap, jorok. Sedangkan si kanan jadi perwakilan dari yang bersih, baik, unggul. Kiri ke neraka, kanan ke surga, seperti begitulah pengandaiannya.  Dalam hal memberi, tangan kanan pun yang kerap menjalankan tugas karena dianggap sebagai tangan yang sopan. Setidaknya itulah yang terus menerus diajarkan di rumah. Budaya timur, katanya. Kesopanan utama, katanya.  Kadang saya jadi berpikir apakah yang mencipta manusia pernah bersabda bahwa kiri buruk kanan baik. Bahkan dalam keseharian banyak perkakas didesain dengan menggunakan tangan kanan sebagai andalannya. Maklum, pengguna tangan kanan di dunia katanya mencapai 90%. Yang minoritas kudu ngalah mulu dah ah :) Ada juga yang bilang kiri-kanan dan asosiasinya lekat dengan seteru US dan Uni Soviet. US #timkanan #sibaik yang liberal dan kapitalis sedangkan Uni Soviet #timkiri #sijahat yang sosialis dan

Masyarakat Terbuka: Apa dan Bagaimana?

Gambar
Masyarakat Terbuka? Karl Raymund Popper adalah salah satu pencetus istilah masyarakat terbuka yang memantik besarnya konsep ini hingga hari ini. Bukunya yang berjudul "The Open Society and Its Enemies" mengupas konsep ini dengan bahasa yang tidak bisa hanya dibaca sekali lintas. Sebagai filsuf dengan akar ilmu politik dan historisme teologis yang kuat mungkin sulit baginya untuk menemukan bahasa yang lebih membumi, atau memang wacana yang ia bangun milik mereka yang berkisar di lingkaran tersebut. Perlu sumber bacaan sekunder dan turunanya untuk bisa memahami pemikiran Popper.  Filsuf dari Austria ini menyatakan musuh dari masyarakat terbuka adalah ekslusivitas (dalam konteks zaman itu masyarakat tribal) dan anti demokrasi. Popper juga menganalisis dan mengkritisi pemikiran Plato, Hegel, dan Marx tentang kebahagiaan sejati, kelas, dan keadilan. Ide besar Popper adalah tentang kebebasan individu, kemanusiaan, dan rasionalitas (Joordan, 2017). Di samping Popper, filsuf yang nam

Komunikasi untuk Pembangunan (2/2)

Gambar
Masuk tahap ketiga: pengembangan dan percobaan! Tahap ini juga tak kalah penting (dan memusingkan) dari 2 tahap sebelumnya. Pada tahap ini perubahan akan dilihat tahap per tahap. Dimulai dari (1) unware ke  (2) knowledge, lalu (3) deciding to act, beralih ke (4) action, kemudian perlu (5) maintanance, dan masuk ke tahap (6) advocacy yang sudah menyasar pada kelompok masyarakat yang lebih luas bahkan menyentuh level kebijakan.  Bagian ini kalau dijadikan tulisan sebenarnya bisa jadi satu tulisan sendiri, sih!  Tahap ketiga juga menitikberatkan pada materi komunikasi yang menggerakkan dan mudah dipahami oleh audiens. Materi komunikasi ini perlu memperhatikan 2 aturan penting, (1) memilih kalimat positif daripada yang negatif, (2) menyatakan kalimat aksi bukan hanya slogan semata.  Contoh kalimat yang menggunakan 2 unsur tersebut: (1) "Periksa kehamilan setiap bulan di Posyandu agar kehamilan ibu terkontrol dan anak tidak stunting !", (2) "Asupan bernutrisi anak hari ini u

Komunikasi untuk Pembangunan (1/2)

Gambar
Istilah ini memang kurang jamak digunakan karena yang lebih sering digunakan adalah istilah aslinya, communication for development atau C4D.  C4D secara sederhana merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mencapai perubahan sosial dengan memaksimalkan komunikasi sebagai alat utama. C4D menekankan pada masyarakat sebagai subjek perubahan yang mendorong perubahan itu sendiri. Bahkan salah satu poin menarik yang ingin digali dari C4D, sejatinya solusi dalam segala permasalahan sosial sudah ada di tengah-tengah masyarakat. C4D hadir sebagai pemantik.  Pada kongres dunia tentang komunikasi untuk pembangunan di Roma pada 2006, United Nations (UN) bersepakat terkait definisi C4D:  ... sebuah proses sosial yang berdasar pada dialog dengan menggunakan ragam sarana dan metode. Proses ini juga mencakup meraih perubahan pada berbagai jajaran, termasuk dengan cara mendengarkan, membangun kepercayaan, membagikan pengetahuan dan keterampilan, menyusun kebijakan, hingga diskusi dan belajar seputar pe

Turis Lokal Minggir!

Gambar
Pulau Rote cantik sekali! Meski ada yang diskriminatif, di lokasi yang satu ini saya diperlakukan dengan baik! Ntaps~ "Kaka.. Son bisa pi sana. Di sana (tempatnya) bule dong!"  "...." Beberapa detik di awal saya terdiam. Oh ini, ya, rasanya terasing di tanah sendiri.  Kami yang tampaknya bukan turis asing dan bahkan berbahasa yang sama dengan yang menegur kami dianggap tidak layak atau tidak pantas ke tempat yang ia katakan merupakan tempat para bule, yang merujuk pada mereka yang tidak berasal dari Indonesia.  Rasanya hal ini bukan hanya terjadi pada kami, saya dan teman, tetapi terjadi pada banyak orang lain di wilayah lain, terutama yang jumlah turis baik lokal maupun mancanegaranya berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan tempat saya berkunjung, Rote.  Bali, Labuan Bajo, Samosir, Lombok, bisa jadi daerah yang banyak mengalienasi turis lokal. Contohnya kayak di  tulisan  ini , ini , dan ini . Tebakan saya ini terjadi karena kita masih mengaggap mereka yang da

Sakit Kepala!

Gambar
Sumber: Adobe Stock Pagi ini terbangun dengan perasaan cukup kesal karena merasa terpojok hanya karena melihat unggahan dari seseorang yang bagi saya punya dampak bagi sekitar. Sakit kepala! Begitu rasanya. Memikirkan apa yang saya lakukan tidak ada apa-apanya dengan apa yang dia lakukan. Dia begitu produktif, mungkin waktu tidurnya hanya setengah bahkan kurang dari waktu tidur saya membuat apa yang dia lakukan lantas terlihat begitu sungguh-sungguh dan berdampak. Sedangkan saya, apalagi di saat-saat ini persiapan untuk studi lanjut, merasa tidak produktif seperti biasanya dan bahkan merasa tidak melakukan yang baik untuk diri maupun lingkungan sekitar. Saya ngapain aja gitu . Itu yang terus tebersit dan terbayang pagi ini, rasanya hanya terus menyalahkan diri sendiri.  Saya sepertinya mau seperti dia tapi saya tidak berada dalam posisi yang sama.  Emangnya harus? Tanya bagian diri saya yang lain.  Lah kalau gak kayak dia terus lu yang belakangan ini sering tidur-tiduran mau kasih damp

Belajar Hidup Hari Ini

Sejak hari pertama kembali ke rumah, Kupang, ada rasa cemas menggelayut di kepala. Terkadang keringat dingin turut memeriahkannya.  Aneh bin aneh. Pulang ke rumah harunsya bergembira, apalagi sudah dalam posisi tidak bekerja penuh waktu. Sungguh momen yang dirindukan.  Tetapi beberapa waktu ini banyak membuat pikiran tidak tenang. Badan hari ini pikiran melayang ke esok-esok hari yang belum muncul batang hidungnya.  Teringat beberapa saat lagi harus pergi merantau lebih jauh. Lebih jauh dari sebelum-sebelumnya.  Di sana nanti bagaimana?  Aduh nanti ingat rumah.. Belajarnya nanti bagaimana?  Bagaimana nanti kalau tidak mengerti bahasa Inggrisnya? Kalau uang habis harus buat apa?  Ada teman dari negara lain tidak, ya? Pelajaran akan sesusah apa, ya?  Saya bisa tidak, ya, berbicara, presentasi di kelas dengan baik?  Kalau saya bicara mereka paham tidak, ya?  Kalau mereka tanya soal Indonesia, soal Kupang, saya bisa jelaskan dengan baik tidak, ya?  Nanti kangen Kupang.. Kangen rebah-rebah