Turis Lokal Minggir!

Pulau Rote cantik sekali! Meski ada yang diskriminatif,
di lokasi yang satu ini saya diperlakukan dengan baik! Ntaps~

"Kaka.. Son bisa pi sana. Di sana (tempatnya) bule dong!" 
"...."

Beberapa detik di awal saya terdiam.
Oh ini, ya, rasanya terasing di tanah sendiri. 
Kami yang tampaknya bukan turis asing dan bahkan berbahasa yang sama dengan yang menegur kami dianggap tidak layak atau tidak pantas ke tempat yang ia katakan merupakan tempat para bule, yang merujuk pada mereka yang tidak berasal dari Indonesia. 

Rasanya hal ini bukan hanya terjadi pada kami, saya dan teman, tetapi terjadi pada banyak orang lain di wilayah lain, terutama yang jumlah turis baik lokal maupun mancanegaranya berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan tempat saya berkunjung, Rote. 

Bali, Labuan Bajo, Samosir, Lombok, bisa jadi daerah yang banyak mengalienasi turis lokal. Contohnya kayak di  tulisan ini, ini, dan ini. Tebakan saya ini terjadi karena kita masih mengaggap mereka yang dari barat lebih tinggi atau superior dari kita. Maklum juga, ya, pernah dijadikan jajahan 3 setengah abad, kalau kata buku sejarah pas SD. 

Jika ditilik dari sisi yang superior, kalau kata Prof. Wim Van dari Leiden University, ini terjadi karena masih kuatnya kolonialisme barat ke timur. Yang barat ingin menaklukan yang timur, yang timur merasa emang jadi objek atau subjek yang bisa ditaklukan. 

Di sisi lain alienasi terhadap turis lokal juga menjadi indikasi menguatnya privatisasi atas area publik yang seharusnya bisa diakses secara terbuka oleh siapa saja. Padahal, misalnya pantai, bukan milik pengusaha tertentu, dia tidak pernah gali lubang atau tanam garam lalu pantai muncul. 

Warga biasa, terutama yang dianggap tidak kaya seperti para turis, juga kerap dianggap sumber masalah sehingga area-area pariwisata tertentu perlu dijaga dengan ketat. Sumber bikin kotor dan kumuh! Jadi tidak eksklusif dan elegan lagi. 

Suka sedih sendiri kalau diingat-ingat betapa kita atau masih banyak dari kita yang meminggirkan sesama kita sendiri. Pokoknya jangan sampai turis lokal minggir, deh! Turis lokal juga manusia! Punya hak yang setara dengan mereka yang konon katanya lebih superior dari kita. Ah sudahlah! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

AIR TUJUH RASA DI DESA AEK SIPITU DAI