Tarik Napas, Buang Napas

Cuaca di Tokyo ternyata tidak terlalu berbeda dengan Jakarta. Panas dan matahari terik pagi ini. Salah satu hal yang peling berbeda adalah langit biru yang kini langka dimiliki di Jakarta. Perbedaan waktu Tokyo dengan Jakarta hanya terpaut 2 jam lebih cepat. Itu artinya 1 jam lebih cepat dari Kupang. Perbedaan waktu dan suasana yang belum jauh berbeda ini cukup membantu menetralisir perasaan. 

Pemandangan dari salah satu ruang tunggu di Narita. 
Terik membiru! (bukan membara :p)


Meski sekarang pun sebenarnya sudah terpantau lebih tenang dari kemarin. Apalagi setelah menumpahkan
air mata di bandara. "Ini yang kamu mau, Tuhan sudah kabulkan"; "This is something that you dreamt for"; kata-kata dari beberapa teman yang sangat menguatkan dan kembali mengingatkan bahwa apa yang dijalani kini adalah bagian yang memang sudah dinanti sejak dulu. Dulu sekali. 

Lantas kenapa bersedih? "Hanya butuh waktu, setelahnya terasa biasa lagi!," ucap teman yang lain. 

Ini memang yang sudah diinginkan bahkan sejak masih SMA. September 2023, 17-18 September hari dimana akan melesat semakin jauh. Kenapa bersedih? Ingat ini memang yang kamu mau, yang kamu inginkan. 

Di saat-saat seperti ini ketika dada kembali terasa penuh, satu cara sederhana yang bisa dilakukan adalah tarik napas, buang napas. 

Tarik....
Buang....
Tarik.....
Buang....
Tarik.....
Buang......



Bandara Narita, 18 September 2023, 09.54 AM
Duduk sendiri memandang lalu lintas pesawat, sudah lebih menerima!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Turis Lokal Minggir!

Recipe to Combat Stunting: Upgraded Resources and Supportive Policies