SEBUAH REFLEKSI DARI MNAHAT FEU

Ini adalah salah satu hal tergila yang saya lakukan di awal tahun 2019. Mungkin terkesan berlebihan ah tak mengapa. Saya punya alasan kuat kenapa saya menyatakan ini adalah salah satu hal gila yang saya lakukan. Alasan gila yang pertama saya ketinggalan informasi, tidak tahu menahu hingga H-1 pelaksanaan. Padahal saya mengakses sosial media seperti biasa. Tetapi kemudian ini menjadi refleksi dan pembelajaran bagi saya tentang bagaimana mempromosikan kegiatan di sosial media. Bisa jadi informasi hingga tampilan visual kegiatan tidak cukup mencolok sehingga tidak cukup banyak yang memperhatikan bahkan hingga tertarik pada kegiatan yang disuguhkan.

           Alasan gila kedua yang segaris dengan kegilaan poin pertama. Mepet tahu informasi membuat mepet pula persiapan yang dilakukan. Ditambah pula keadaan ekonomi yang kala itu sedang sekarat. Namun karena perasaan ingin yang begitu besar saya pun memberanikan diri untuk meminjam uang pada rekan saya hingga meminta bantuannya untuk menjadi teman seperjalanan saya ke Mollo. Belum lagi karen dikompori oleh direktur Perkumpulan Pikul bhwa kegiatan ini sangat sayang untuk dilewatkan. Pagi-pagi betul saya berangkat. Pukul 05.30 WITA motor dipacu begitu kencangnya menuju Selatan daerah Timor Tengah.

            Sebuah keajaiban saya bisa tiba 10 menit sebelum kegiatan dimulai. Padahal kami sempat berhenti sejenak sebanyak 2x. Kali pertama untuk ngopi kali kedua karen urusan perut. Rekan saya buang hajat sedangkan saya harus memasukan makanan ke perut saya sebelum isi perut didominasi oleh angin. Saya merasa sangat beruntung bisa ambil bagian dalam kegiatan ini. Terang saja sudah lama saya ingin pergi ke Mollo. Melihat aktivitas Lakoat.Kujawas yang sering saya lihat di sosial media. Merasa beruntung pula karena apa yang menjadi bayangan saja tercermin dalam kegiatan ini. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan membuat pikiran saya semakin bercabang dan berkembang.

            Jika dibanyangkan dalam bentuk animasi, terdapat sulur-sulur tanaman yang keluar dari kepala saya ketika saya mulai berkegiatan sejak pukul 09.00 WITA. Ah menyenangkan sekali. Belum lagi kesempatan berkenalan dengan orang-orang yang memiliki semangat yang sama di bidang mereka masing-masing. Saya merasa imajinasi saya seperti tercetak dan ingin segera mewujudkannya dengan warga Desa Bokonusan dan Desa Uiboa.

            Saya bayangkan pula ada warga Desa Bokonusan atau Uiboa yang bisa memperoleh kesempatan secara langsung seperti ini agar apa yang selama ini diusahakan bersama bisa mereka lihat dengan jelas dan dianggap penting bagi mereka, bukan hanya angin lalu. Perjalanan studi banding sehari ini bagi saya adalah pengalaman ‘gila’ yang sesungguhnya menjadi gambaran bagi saya, bagi lembaga YAO, bahwa masih banyak pekerjaan gila di depan sana untuk mewujudkan mimpi besar program ini. Saya percaya bisa. Pasti bisa.

  *Mnafat Feu merupakan sebutan bagi perayaan musim panen di Mollo. Dalam konteks kali ini memanen buah lakoat.

Semau, 30 Maret 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Turis Lokal Minggir!

AIR TUJUH RASA DI DESA AEK SIPITU DAI