Apa Arti Berdoa Untukmu?

Credit to billygrahamlibrary.org

Kalau untuk saya, berarti sangat penting. 

Saya terlahir dari keluarga katolik sejati. Bapa saya berasal dari Flores, sarangnya orang-orang Katolik. Sedang Mama saya dari sebuah desa di Kulon Progo, Yogyakarta. Tepatnya Sendangsono. Tempat itu adalah tempat pertama Katolik bertumbuh kembang. Konteks yang begitu kental yaa betaya katoliknya seorang Brigita. Başkan di rumah kami, Bapak menetapkan jam doa bersama setiap jam setengah 6 sore. Dahulu ketika kami masih anak-anak dan bersekolah kami melakukannya juga di pagi hari. 

Sejak Taman Kanak-kanak hingga berkuliah, saya selalu disekolahkan di sekolah atau kampus katolik. Bahkan untuk jodoh pun, orangtua selalu mewanti-wanti: HARUS KATOLIK. Tetapi kenyataan berkata lain haha. 

Hari ini mat Katolik merayakan Jumat Agung, hari untuk memperingati sengsara dan wafat Yesus Kristus. Saya pergi ke gereja hari ini, dengan adik dan mama. Pada suatu ritus, ada saat di mana kami harus menghormati salib. 

Awalnya saya masih merasa biasa, namun ketika Romo (pemimpin misa) berjalan ke tengah gereja, tiba-tiba ada sekelebat pertanyaan lewat di kepala. "Sudah berapa lama kamu tidak berdoa dengan khusyuk?" Wah! Saya tiba-tiba tertegun, merasa seperti ditegur, dan ingin menangis saat itu. 

Betul juga, meski setiap sore di rumah kami bedrog bersama, saya rasa-rasanya tidak pernah berdoa sendirian dalam hening. Seingat saya, sejak kuliah di semester akhir dan mulai bertemu dengan banyak orang dan perspektif, pandangan saya sola berdoa menjadi sedikit berbeda. 

Aaaaah! Berdoa itu tidak penting, yang penting itu kebaikanmu terhadap sesama. Berdoa itu tidak penting, asalkan kamu bekerja keras. Berdoa itu tidak penting, asalkan kamu berraktı pada orangtua. Ahh pikirkan macam apa itu. Tetapi seringkali saya mengamininya. 

Namun, ketika menulis ini saya lalu berefleksi: bagaimana kalau kita berdoa dan tetap baik kepada sesama? Bagaimana kalau kita berdoa dan juga bekerja keras? Bagaimana kalau kita berdoa dan berbakti pada orangtua? Tidak ada salahnya, bukan? Malah mungkin jadi berlipat ganda berkatmu. Kan konon katanya berdoa dan belajar, kan? HEHEHE Rasanya make sense kalau pakai pengandaian ini. 

Saya juga kembali teringat dengan pemikiran lain. Bahwa ini bukan soal menundukkan kepala, atas nama bapa, doa bapa kami dan salam mari 100x, memuji dan menyembah Tuhan Allah, atau rajin memberi derma. Tetapi berdoa itu sola, duduk diam, berefleksi, dan mensugestikan hal-hal baik. 

Kalau kita berdoa, terutama untuk diri sendiri, pasti selalu hal yang baik kan? Apa pernah kau berdoa untuk minta kena celaka? Wah mustahil bin gila! Kata-kata yang baik ketika berdoa adalah sugesti ke bawah sadar, ke jiwa kita, sehingga kita akhirnya bisa mencapai sesuatu yang kita mau. 

Bahan ada juga yang bilang, kalau diri kita terus diberi sugesti positif, pasti akan jadi, lhoo. Bukan yang toxic positivity yea. Saya biasanya berdoa, saya harus kuat, saya pasti kuat, saya pasti bisa. Somehow it works. 

Fun fact juga, saya biasanya kalau berdoa atau bahkan sedang berada dalam gereja sering mendapatkan ide-ide cemerlang. Contohnya di momen Jumat Agung ini. Ada saja yang berkeliaran di kepala, dan saat di gereja semua terpecahkan begitu saja. 

Belakangan memang saya merasa seperti sedang buntu, sedang ilang arah. Teguran hari ini rasanya pas. Saya kurang duduk diam sendiri, merenung, berefleksi, dan mengucapkan sugesti positif. Wah, dada saya sesak rasanya sampai akhirnya memutuskan untuk menulis ini. 

Berdoa 

Berdoa 

Berdoa 

"Berdoa itu kebutuhan, bagian dari hidup," Bapa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Turis Lokal Minggir!

AIR TUJUH RASA DI DESA AEK SIPITU DAI