Merayakan Kegagalan
Pernahkah kamu gagal dan yang kamu salahkan adalah dirimu sendiri?
Bukan menyalahkan Tuhan. Seperti biasa.
Bukan menyalahkan orang di sekitarmu. Seperti biasa.
Bukan menyalahlahkan keadaan. Seperti biasa.
Biasanya, aku selalu menyalahkan hal lain di luar diriku, ketika menemui kegagalan. Tetapi kali ini jauh berbeda. Berkali-kali lipat hancur dari kegagalan biasanya yang kualami. Rasanya ingin menangis saja dan enggan melakukan apa-apa. Bahkan mendengar lagu yang seharusnya bikin bersenandung ria hanya membuat air mata semakin deras membasahi pipi. Apa-apaan sih ini. Berapa lama akan seperti ini?
Kali ini aku menyalahkan diri sendiri. Kurang berusaha. Kurang belajar. Kurang berjuang. Lebih banyak main-mainnya. Pikir hal-hal yang lain. Motivasi tidak murni. Tujuan tidak jelas. Jelas saja temanmu kegagalan yang menghampiri.
Ah. Air mata jatuh lagi.
Katanya jangan berharap terlalu tinggi. Tapi biasanya kalau terlalu tinggi berharap akan jatuh sakit. Sakit sekali. Tapi katanya impian, mimpi, harapan, harus bisa divisualisasikan, dibayangkan, niscaya digapai.
Mungkin saja memang aku yang terlalu terlampau jauh berpikir. Berat sekali rasanya. Ingin hilang ingatan rasanya dalam sekejap. Biar luka ini tidak terasa begitu pedih.
Di satu sisi aku percaya, fase ini adalah saat di mana aku haris belalar mendewasakan diri. Menatap kegagalan dari sisi yang berbeda. Merayakannya. Merayakan kegagalan.
Instropeksi.
Belajar lagi. Berjuang lagi.
Lebih keras. Lebih giat. Lebih kuat.
Dari yang sebelumnya. Bila perlu ajak dirimu lebih lagi dan lagi dari kemarin.
Ah. Air mata jatuh lagi.
Komentar
Posting Komentar