JADI PENDATANG DI TANAH SENDIRI (1)
Sejak lulus Sekolah Dasar dari SDK St. Yoseph 2 Kupang, entah kenapa saya ingin sekali bersekolah tidak di Kupang. Entah kenapa. Pikiran tersebut kala itu datang begitu saja. Tidak ada dorongan atau anjuran dari orang tua saya. Saya baru menyadarinya ketika saya kuliah.
Saya ingin sekali melanjutkan sekolah di Ende. Ya.. Ende. Sebuah kota kecil di Pulau Flores. Jaraknya sekitar tiga hingga empat jam dari Maumere. Tentu saja dengan berkendara melalui jalan darat. Saya pun melanjutkan studi menengah saya di SMPK St. Ursula Ende. Saya tinggal di asrama dan mulai belajar mandiri sejak saat itu. Lain waktu saya akan bercerita tentang kisah saya dan Ende.
Selepas SMP, saya merantau lebih jauh lagi. Saya melanjutkan SMA di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta lalu melanjutkan kuliah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (Sejujurnya, saya ingin sekali kuliah di luar negeri tetapi ah.. ya begitulah....)
Saya lulus kuliah 2016. Tidak menunggu lama saya diterima sebagai fasilitator pendamping masyarakat di Samosir selama satu tahun. Cerita tentang ini sudah pernah saya posting di sini. Tepatnya menjadi cerita pertama di blog ini.
Secara totalan waktu, tidak banyak saya menghabiskan waktu di Kupang. Tanah kelahiran saya. Meski secara identitas saya harus akui saya bukan orang Kupang. Bapak saya orang Riung (Flores, letaknya di Kabupaten Ngada) Mama saya orang Kulon Progo. Tetapi saya sudah merasa Kupang adalah tanah saya.
Setiap
kali pulang liburan, entah saat SMP atau SMA hingga kuliah, setiap kali
pulang ke Kupang; saya selalu merasa asing. Saya tidak memiliki teman
yang cukup banyak di Kupang. Teman saya hanya seputaran teman-teman SD.
Itu pun sudah banyak yang mencar sana-sini. Teman-teman lain hanya
tetangga, yang tidak lagi seumuran.. yang lebih banyak memanggil saya
dengan sebutan, "Kak Ayu...". Yaa.. Ayu nama panggilan di rumah saya.
Saya
merasa seperti menjadi pendatang di tanah saya sendiri. Mau terlibat
komunitas pun saya merasa sungkan. Saya merasa tidak tahu arah. Bingung
juga saya. Keresahan-keresahan ini jujur sudah saya rasakan sejak pulang
liburan kala SMA. Karena merasakan hal tersebut semasa kuliah, saya
hanya pulang untuk berlibur di Kupang sekali saja.
Tetapi
kalau saya terus menghindar... mau sampai kapan saya terus-terusan
menjadi pendatang di tanah kelahiran saya, rumah saya?
Akhirnya
setelah menunaikan tanggungjawab dari Samosir, saya memutuskan kembali
ke Kupang. Entah dimulai dengan bekerja di sana atau melakukan hal lain
di sana... I did't have any idea at that moment. Yang pasti saya harus menetap dulu dalam waktu yang lama. Begitu pikir saya.
.......Dilanjutkan pada bagian 2. Cyaaaaoo.
Komentar
Posting Komentar