Warisan dan situs budaya di Sianjur Mula-mula memang berlimpah, seperti yang pernah saya katakan. Tempat yang ingin saya ceritakan ini terletak di Bukit Sulatti, Desa Limbong-Sagala. Tempat ini akrab disebut Sopo Guru Tatea Bulan. Sopo dalam bahasa Batak Toba berarti rumah. Tempat ini menjadi gambaran cerita kehidupan dari putera sulung Siraja Batak: Guru Tatea Bulan. Kesan pertama melihat tempat ini saya pikir tempat ini merupakan kuburan. Apalagi saat saya tiba, terdapat beberapa orang yang ramai seperti sedang berziarah. Sopo Guru Tatea Bulan tampak depan Patung keempat pelayan Raja (empat sebelah kiri) Dugaan saya salah. Tempat ini merupakan saksi bisu beragam cerita sakti Sang Raja juga keturunan serta kerabatnya. Tidak hanya sebagai saksi bisu tempat ini juga menjadi tempat ziaraah, berdoa, serta pemujaan kepada leluhur bagi mereka yang percaya. Pada bagian depan Sopo terdapat 4 patung perempuan di sebelah kanan yang sedag menumbuk padi dan 3 patung perem
Pulau Rote cantik sekali! Meski ada yang diskriminatif, di lokasi yang satu ini saya diperlakukan dengan baik! Ntaps~ "Kaka.. Son bisa pi sana. Di sana (tempatnya) bule dong!" "...." Beberapa detik di awal saya terdiam. Oh ini, ya, rasanya terasing di tanah sendiri. Kami yang tampaknya bukan turis asing dan bahkan berbahasa yang sama dengan yang menegur kami dianggap tidak layak atau tidak pantas ke tempat yang ia katakan merupakan tempat para bule, yang merujuk pada mereka yang tidak berasal dari Indonesia. Rasanya hal ini bukan hanya terjadi pada kami, saya dan teman, tetapi terjadi pada banyak orang lain di wilayah lain, terutama yang jumlah turis baik lokal maupun mancanegaranya berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan tempat saya berkunjung, Rote. Bali, Labuan Bajo, Samosir, Lombok, bisa jadi daerah yang banyak mengalienasi turis lokal. Contohnya kayak di tulisan ini , ini , dan ini . Tebakan saya ini terjadi karena kita masih mengaggap mereka yang da
Banyak sekali tempat di Samosir yang membuat saya seringkali bertanya berkali-kali atau googling berkali-kali. Ini beneran nggak sih? Ah masa iya? Nggak percaya ah !. Saya sering bertanya tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga pada beberapa orang di sini. Untuk membuktikannya tentu saja saya harus memastikannya sendiri. Salah satu tempat yang ingin saya pastikan adalah Aek Sipitu Dai atau Air Tujuh Rasa. Letaknya di desa yang sama dengan namanya, Desa Aek Sipitu Dai di Kecamatan Sianjur Mula-mula. Aek Sipitu Dai adalah tujuh pancuran air yang masing-maisngnya memiliki rasa yang berbeda. Air yang mengalir pada pancuran ini berasal dari tujuh mata air yang tergabung dalam sebuah tempat labuan dan lalu dialirkan pada tujuh pancuran, yang anehnya rasanya tetap menjadi terpisah berjumlah tujuh. Salah satu saluran air yang terletak di pemandian laki-laki Perjalanan menuju tempat ini terbilang mudah. Dengan mengendarai kendaraan; dapat ditempuh selama kurang lebih 45 h
Komentar
Posting Komentar