MEMBACA GNFI, MAKANAN BAIK BAGI JIWA
INDONESIA indah dari sisi manapun. Sunrise di Kelimutu, Des 2016. |
Membaca buku yang baik berarti memberi makan rohani
yang baik. Kutipan ini adalah milik Prof. DR. H. Abdul Malik Karim
Amrullah. Buya Hamka nama
panggungnya. Seorang ulama besar Indonesia juga seorang aktivis dan sastrawan. Banyak
karyanya menjadi makanan bagi kita; sungguh mengeyangkan rohani namun juga
membuat kening berkerut. Tanda berpikir. Tetapi zaman sudah berbeda. Memberi
makan rohani atau jiwa kita tidak lagi melulu dengan membaca buku. Bergesernya
zaman yang serba digital ini membuat pilihan menu semakin banyak tidak sekedar
secara fisik melalui buku.
Salah satu sumber asupan yang kini banyak dipilih
adalah membaca melalui media online. Banyak
orang bahkan sudah mulai menanggalkan kebiasaan menonton berita melalui
televisi atau membaca koran harian. Semakin banyak yang hijrah ke media online sebagai sumber asupan informasi. Buat apa repot-repot, sekarang sudah ada
media online, sekali klik langsung
tahu, cepat lagi. Begitu pikir mereka.
Sebutlah Good News From Indonesia (GNFI). Salah satu
media online yang bisa menjadi asupan
yang baik bagi jiwa. Ibarat clean-eating—yang
sekarang lagi naik daun banget—itulah
yang dirasakan jika membaca GNFI. Di kanal Indonesiana, kita akan diberi asupan
berupa pelbagai hal yang berkaitan dengan pergerakan dan pertumbuhan Indonesia.
Bergeser ke kanal Karya Bangsa, pembaca akan disuguhi menu berupa inovasi dan
karya anak bangsa yang menginspirasi. Harapannya, bisa menjadi pemantik bagi
kita untuk berefleksi, ‘sudah memberi karya apa bagi bangsamu, kawan?’.
Jika
merasa belum cukup kenyang silahkan beralih ke Indonesia Unik. Kanal di mana pembaca
akan menemukan cerita tentang hal-hal yang ada dan hanya dimiliki Indonesia.
Tidak sampai disitu saja. Sebagai pelengkap asupan, bacalah jua Anak Bangsa.
Banyak tulisan menggugah nan meneduhkan karena menjadi salah satu bukti nyata
masih banyak orang Indonesia yang peduli dan cinta dengan Indonesia.
Salah satunya cerita tentang Mujiyanto, mahasiswa MTI Universitas Amikom
Yogyakarta. Cerita inspiratif ini berjudul, “Juara di Beijing, Anak Bangsa
Ciptakan Aplikasi dengan AI untuk Para Petani”. Mujiyanto, dalam cerita yang
diramu M. Fachrezy
Zulfikar ini, menciptakan
sebuah aplikasi inovatif yang dinamai Simbah Digital Farmer. Sebuah aplikasi
yang didedikasikan bagi petani Indonesia untuk memecahkan masalah pertanian. Inovasi
ini menghantarnya sebagai pemenang pertama dalam Asia-Pacific Youth Leadership,
Innovation, and Entrepreneurship SDGs Startup Awards di Beijing pada Agustus
2018.
Membaca
GNFI, layaknya memberi makanan yang baik bagi jiwa. Pembaca bisa memilih kanal
manapun sebagai pilihan menu. Bisa jadi kanal Indonesiana sebagai appetizer; atau jika senang dengan hal
yang bersifat animatif, kanal visual yang berisi infografik, video, dan
GNFInsights bisa menjadi pilihan pembuka. Main
course bisa diisi dengan kanal Karya Bangsa, Anak Bangsa, Indonesia Unik,
atau pilihan dari kanal spesial seperti Ambisee Indonesia, #untukindonesia,
serta Menuju 100 Tahun Indonesia. Sebagai dessert,
pembaca bisa menegok sejenak ke laman opini, untuk menyempurnakan berbagai
pandangan baru setelah memperoleh asupan dari dapur Good News From Indonesia. Selamat
menikmati makananmu. Ingat, makanlah yang tidak hanya baik bagi fisik tetapi
juga bagi jiwa.
----------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini merupakan tulisan yang saya kirimkan ke redaksi GNFI pada 30/08/18. Saya melamar sebagai content writer namun tak kunjung dipanggil jua untuk mengikuti tahap selanjutnya. Jadi, agar tetap merasa berguna saya posting saja di sini.
Komentar
Posting Komentar