AIR TUJUH RASA DI DESA AEK SIPITU DAI
Banyak
sekali tempat di Samosir yang membuat saya seringkali bertanya berkali-kali
atau googling berkali-kali. Ini beneran nggak sih? Ah masa iya? Nggak percaya
ah!. Saya sering bertanya tidak hanya pada diri sendiri tetapi juga pada
beberapa orang di sini. Untuk membuktikannya tentu saja saya harus
memastikannya sendiri. Salah satu tempat yang ingin saya pastikan adalah Aek
Sipitu Dai atau Air Tujuh Rasa. Letaknya di desa yang sama dengan namanya, Desa
Aek Sipitu Dai di Kecamatan Sianjur Mula-mula. Aek Sipitu Dai adalah tujuh
pancuran air yang masing-maisngnya memiliki rasa yang berbeda. Air yang
mengalir pada pancuran ini berasal dari tujuh mata air yang tergabung dalam
sebuah tempat labuan dan lalu dialirkan pada tujuh pancuran, yang anehnya
rasanya tetap menjadi terpisah berjumlah tujuh.
Perjalanan
menuju tempat ini terbilang mudah. Dengan
mengendarai kendaraan; dapat ditempuh selama kurang lebih 45 hingga 50 menit
dari pusat Kecamatan Pangururan. Jalan menuju tempat relatif baik ditambah pula
bonus pemandangan kanan kiri yang berhasil menghipnotis saya selama perjalanan.
Hari
itu kami tiba pukul 09.00 WIB. Cukup pagi, bukan? Kami (Kak Ima Siregar dan
saya) adalah pengunjung pertama pagi itu. Tidak diberlakukan tiket masuk di
sini. Sebagai gantinya, duduk-duduknya lah sejenak di salah satu warung milik
warga untuk sekedar bertanya sambil menghabiskan sepiring pisang goreng dan
segelas teh manis. Ah.. pisang goreng buatan si nantulang sungguh nikmat,
dibandrol dengan harga murah pula. Empat pisang goreng berukuran sedang
dibandrol seharga Rp 3000,- saja.
Memasuki
tempat di mana air tujuh rasa tersebut ada, jangan terkejut! Karena akan
dijumpai ibu-ibu (mamak/inang) yang mandi atau mencuci di tempat pemandian
wanita. Ya. Di sini juga dijadikan tempat pemandian umum. Pemandian wanita dan
pemandian laki-laki. Empat saluran air terletak di tempat pemandin wanita, tiga
lainnya terletak di tempat pemandian
laki-laki.
Jika
terdapat mamak atau bapak atau siapa saja yang sedang beraktivitas di dalamnya,
sebagai pengunjung tentu kita harus bersabar. Selain terdapat dua pemandian,
terdapat satu tempat berpagar yang biasanya digunakan untuk berdoa atau
bersemedi. Tempat ini dikunci dan akan dibuka bagi yang sungguh ingin berdoa,
bersemedi, atau melakukan upacara tertentu.
Hari
itu kami bercerita dengan Ompung Bona Sihotang. Beliau sudah 74 tahun tinggal
berdampingan dengan tempat ini. Menurut cerita beliau, mata air ini muncul
begitu saja sejak dahulu, bahkan dari zaman ompung dari ompungnya. Terdapat beberapa
versi cerita terkait kemunculan mata air ini. Ada yang mengatakan merupakan
fenomena alam, ada yang mengatakan muncul setelah Ompung Langgat Limbong
meminta kepada Sang Pencipta ketika kehausan, atau ada juga cerita yang
menyatakan muncul karena ditemukan oeh Siboru Pareme, generasi ketiga Siraja
Batak.
Tetapi
yang pasti yang menjadi cerita yang serempak adalah terkait khasiat dari
masing-masing air yang berjumlah tujuh. Menurut Ompung Bona Sihotang, bagi
mereka yang percaya tiap mata air ini memiliki khasiat dan rasa yang berbeda. Empat
saluran yang kini berada di pemandian wanita memiliki khasiat bagi bayi, wanita
yang belum hamil, wanita hamil, serta dukun beranak. Sedangkan tiga lainnya
yang terletak di pemandian laki-laki berkhasiat bagi orangtua, menantu
laki-laki (hela), serta pemuda.
Mengenai
rasa, menurut indera pengecepan pribadi saya rasa dari tiap saluran memang
cenderung berbeda-beda namun mirip satu sama lain. Saya tidak mendeskripsikan
rasanya seperti apa. Yang pasti agak sedikit asam namun segar. Satu yang pasti
pula rasa dari ketujuhnya tidak terasa seperti air yang biasanya kita jumpai
sehari-hari. Itulah yang menurut saya ajaib.
Kalian
penasaran?Saksikan selengkapnya di video berikut:
Komentar
Posting Komentar