BANYAK CERITA DI TEMPAT MANDI PARA RAJA INI



Selain Kecamatan Pangururan, Kecamatan Sianjur Mula-mula juga merupakan wilayah yang bertabur primadona alam Samosir juga pusat warisan budaya dan sejarah masyarakat Batak Toba. Sebutlah Pusuk Buhit, Aek Sipitu Dai, Perkampungan Sigulatti, Batu Hobon, Batu Parhusipan, Sopo Guru Tatea Bulan, Air Terjun Hadabuan Nasogo, Pulau Tulas, serta Batu Sawan. 


Penampakan Batu Sawan

 
Batu Sawan. Terletak di Desa Limbong dan berjarak 3 kilometer dari jalan utama. Untuk mencapa tempat ini, siapkan mental dan fisik kendaraan. Sebab jalan yang berbatu akan menemani hingga tiba di muka pintu Batu Sawan. Tidak sampai disitu saja, untuk sungguh sampai di Batu Sawan itu kita harus berjalan menanjak sejauh 800 meter. Tetapi Tuhan memanglah adil. Rasa capek akan terbayar karena pemandangan kanan-kiri selama perjalanan yang sungguh menyejukka indera penglihatan.
Dalam bahasa Batak Toba, Sawan berarti Cawan. Bentuk batu ini memang menyerupai cawan. Dari tampungan air yang turun dari bukit di atas batu cawan ini kemudian akan membentuk air terjun yang indah. Sedang air yang berada dalam batu sawan tersebut hingga kini dianggap sebagai air sekaligs tempat yang suci. Bahkan terdapat larangan keras bagi pengunjung yang ditulis dalam bahasa daerah, yang mengecam keras untuk mencemari atau masuk ke dalamnya. 
 
Tempat menaruh sesajen bagi leluhur. Tampak pula papan peringatan bagi pengunjung.
Konon, tempat ini dahulu adalah tempat mandi para Raja Batak yang bermukim di sana, terutama Guru Tatea Bulan, anak pertama Siraja Batak. Pantaslah tempat ini kemudian dianggap sakral dan suci. Banyak orang yang datang untuk berziarah atau untuk melakukan pemujaan terhadap leluhur mereka. Terbukti dengan adanya cawan-cawan yang berisi telur, jeruk purut, dan sirih di sekitar batu sawan. Ketiga benda ini ada perlambang untuk “berkomunikasi” dengan para leluhur bagi mereka yang percaya. 

Salah satu spot background di sekitar Batu Sawan. Indah, bukan?

Bendera batak: merah-putih-hitam juga terpancang di sekitar batu sawan. Saya yang hari itu datang sungguh merasakan tempat ini dianggap suci dan sakral. Bahkan menurut cerita, sesekali di tempat ini juga seringkali diadakan upacara bagi leluhur yang dipimpin langsung oleh tetua atau orang yang memang memiliki andil terait upacara tersebut. 

Ah ya airnya pun juga memiliki cerita sendiri.  Bagi yang percaya, air dari batu sawan ini mampu menyembuhkan atau menjadi “air penyelamat”. Pun jika dicicipi, rasa air dari batu sawan ini berbeda. Tidak seperti air biasanya. Rasanya seperti ada rasa perasan jeruk atau lemon. Saya merasakannya sendiri. Airnya menyegarkan, terasa sedikit manis namun terdapat rasa seperti lemon pula. Percaya atau tidak saya merasakannya.

Tangga terakhir menuju Batu Sawan

Menapaki jalan setapak yang menanjak sebelum tiba di Batu Sawan

Batu Sawan tersebut memamng “haram” untuk dimasuki atau mandi di dalamnya. Namun, jangan khawatir, hasil tumpahan air dari batu sawan yang membentuk air terjun pada bagian bawahnya bisa menjadi temat mandi bagi pengunjung. Telah disediakan tempat tersendiri jika ingin mandi. Atau jika kata masayrakat di sana, untuk membersihkan diri. 

Tempat mandi para Raja dahulunya ini memang banyak ceritanya. Sungguh menarik. Sejauh ini, Batu Sawan merupakan salah satu tempat favorit saya. Karena selain melibatkan kegiatan kegemaran saya, yakni hiking; banyak cerita saya peroleh dari tiap potongan yang ada di wilayah ini. Menyenangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Turis Lokal Minggir!

AIR TUJUH RASA DI DESA AEK SIPITU DAI