Pentingnya Si Kecil Zat Besi Bagi Si Kecil dalam Kandungan

Berbicara zat besi (iron) rasanya sudah tidak asing lagi bagi kita. Kendati cukup familiar, bukan berarti sudah dianggap sebegitu pentingnya. Padahal si kecil tak kasat mata, zat besi, merupakan suatu elemen penting bagi tubuh, terutama bagi si kecil yang sedang dikandung para ibu. Zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan hemoglobin. Zat besi juga berperan dalam proses metabolisme, pertumbuhan, dan perkembangan sel-sel tubuh, hingga pembentukan hormon dan jaringan ikat.

Kekurangan zat besi menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan suatu generasi. Bila suatu generasi terhambat tumbuh kembangnya, sudah pasti yang akan dituai ke depan adalah masalah dan masalah. Salah satunya, stunting. Dr. dr. Diana Sunardi, M.GZi., SpGK., narasumber dalam webinar spesial Hari Gizi Nasional 2021 yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia dengan tegas menyatakan hal tersebut.

“Masalah kurang zat besi yang marak saat ini kaitannya erat dengan anemia. Lebih tepatnya banyak kasus anemia kekurangan zat besi atau anemia defisiensi besi (ADB). Masalah ini adalah tantangan lintas generasi di masa kini, yang akan menjadi penentu masa depan,” ungkap dokter Diana.

Ilustrasi Kondisi Normal vs Anemia

Anemia, seperti dijelaskan, merupakan suatu kondisi rendahnya kadar hemoglobin dibandingkan dengan kadar normal, yang menunjukan kurangnya sel darah merah yang bersirkulasi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) 2013 dan 2018, terdapat peningkatan prevelansi anemia pada ibu hamil. Angkanya meningkat dari 37.1% pada tahun 2013, menjadi 48.9% pada 5 tahun berikutnya. Kenaikan ini menyedihkan sekaligus ironi bangsa. Betapa tidak! Daur hidup seseorang berawal dari kandungan ibu.

Bahkan dengan jelas dokter Diana memaparkan, kasus anemia yang bisa terindikasi melalui status kurang gizi, merupakan sebuah siklus yang jika tidak diputus mata rantainya akan terus terjadi dan berulang. Salah satu siklus jamaknya sebagai berikut. Pertama, lahirnya seorang anak perempuan dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Kedua, ia lalu tumbuh menjadi seorang anak perempuan yang kurang gizi. Ketiga, sang anak tumbuh menjadi seorang remaja putri yang kurang gizi. Keempat, hingga dewasa lalu menjadi ibu, bahkan ketika hamil, ia mengandung dalam keadaan kurang gizi. Situasi ini lantas akan membuatnya melahirkan anak dengan BBLR, baik perempuan maupun laki-laki, lalu berulang siklus tersebut.

Sebuah cycle problem, harus diselesaikan dengan solusi berkelanjutan

Situasi kurang gizi ini berdampak pada kasus yang masih marak terjadi di Indonesia: gagal tumbuh atau stunting. Bahkan jika kita menengok sejenak ke belakang, publik begitu dihebohkan dengan kasus kurang gizi, gagal tumbuh, dan kawan-kawannya, di Asmat beberapa waktu silam. Menurut data yang dipaparkan dokter Diana, angka stunting di Indonesia hingga saat ini masih tinggi, mencapai 30.8 % (Riskesdas 2018). Meski angka ini sudah mengalami perununan dari periode sebelumnya, 37.2 % (Riskesdas 2013). 

Oleh karena itu, penting adanya untuk memperhatikan status gizi ibu hamil, karena dari situlah penerus baru mulai dibentuk. Pun, Ibu hamil dipastikan selalu memeriksakan diri pada tenaga kesehatan, baik bidan maupun dokter agar status kesehatannya selalu dipantau. Lebih lanjut, ibu hamil dan orang-orang di sekitarnya patut waspada jika mendapati ibu mulai menunjukkan gejala anemia. Gejala tersebut, antara lain, (1) wajah, terutama kelopak mata dan bibir pucat, (2) kurang nafsu makan, (3) lesu dan lemah, (4) mudah lelah, (5) sering pusing, dan (6) mata berkunang.

Terlihat sepele dan biasa? Oh, tentu tidak! Karena dampak dari anemia ini akan membuat kita bergidik ngeri. Ibu hamil yang terkena anemia bisa mengalami infeksi, gangguan janin, perdarahan, bayi lahir prematur, mengalami preeklamsia, bahkan hingga gangguan jantung. Tentu kita ingin ibu dan bayi dalam keadaan selamat, bukan?  

Peran Besar Si Kecil Zat Besi

Lalu, di manakah peran zat besi terhadap anemia? Pertumbuhan anak, sejak dari janin, membutuhkan asupan makanan yang lengkap. Dimulai dari vitamin, protein, karbohidrat, mineral, kalsium, dan tentu saja zat besi. Sayang, seringkali masyarakat masih abai dengan pentingnya zat besi. Padahal, zat besi tidak hanya berguna untuk mencegah anemia melainkan menjadi komponen penting bagi masa pertumbuhan sejak dalam kandungan. Bahkan ada sebuah pernyataan menarik dokter Diana terkait hal ini. “Jumlah zat besi (dalam tubuh), kebutuhannya kecil, namun tantangannya besar,” begitu kata dokter dari Indonesian Nutrition Association ini.

Bahan Makanan Sumber Zat Besi Heme (Hewani) dan Non Heme (Nabati)

Tantangan terbesarnya pada asupan tersebut. Kondisi kini, mayoritas masyarakat termasuk ibu hamil, dominasi asupan pangannya adalah nabati[1] dengan komposisi asupan energi dan protein yang rendah. Ditambah pula asupan vitamin c rendah, serta konsumsi sumber fitat dan tanin[2] berlebih. Akibatnya, tubuh mengalami defisit energi, protein, dan mikronutrien. Wah gawat! Lalu, Anda mungkin bertanya, “Ada apa memangnya dengan pangan nabati? Bukankah makan sayur-sayuran dianjurkan dan baik adanya? Juga vitamin c. Seberapa pentingnya? Bagaimana dengan fitat dan tanin, apa yang salah?”

Ya! Betul. Pangan nabati dibutuhkan oleh tubuh, namun jika terlalu dominan dan tidak diimbangi dengan pangan hewani, hal tersebut menjadi boomerang yang membawa dampak buruk. Hal ini karena pangan nabati mengandung zat besi non-heme[3], yang sifatnya ketika masuk dalam tubuh, tidak bisa langsung diserap. Dibutuhkan asam askorbat alias vitamin c, guna memaksimalkan penyerapan. Oleh karenanya, ibu yang mengandung tidak boleh kendor mengonsumsi vitamin c. Juga saat hamil, ibu sebaiknya menghindari konsumsi kopi dan teh yang mengandung duo penghambat penyerapan: fitat dan tanin. Di sisi lain, pangan hewani mengandung zat besi heme[4] yang dengan mudah akan diserap tubuh ketika dikonsumsi. Pangan hewani tersebut diantaranya seperti daging ayam dan sapi, serta ikan.

Kendati demikian, jika ibu tidak bisa memperoleh asupan pangan hewani secara maksimal, ibu hamil bisa meningkatkan asupan vitamin c agar proses penyerapan zat besi non heme pada pangan nabati menjadi maksimal. Tenang, vitamin c banyak dijumpai pada bahan makanan seperti brokoli, paprika merah, jambu biji, cabai, dan bayam. Wah, berarti maksimalkan saja makan pangan nabati dengan tinggi kandungan vitamin c! Begitu pikir Anda! Tentu tidak tepat. Ingat! Sesuatu yang berlebihan, tidak baik adanya. Asupan nutrisi harus selalu pada kadar cukup dan seimbang: ada karbohidrat, protein, dan mikronutrien.

Danone Indonesia dan Asupan Nutrisi Bangsa

Guna mendukung pemutusan mata rantai anemia di Indonesia, Danone yang merupakan pionir industri makanan di Indonesia giat menjalankan program terkait asupan nutrisi bangsa. Corporate Communication Director of Danone Indonesia, Arif Mujahidin, dalam kesempatan webinar yang sama, memaparkan beberapa program unggulan dalam memaksimalkan usaha memenuhi asupan nutrisi bangsa. Program tersebut antara lain, Bersama Cegah Stunting, AMIR (Ayo Minum Air), Aksi Cegah Stunting, WAS (Warung Anak Sehat), GESID (Generasi Sehat Indonesia), Taman Pintar, hingga Duta 1000 Pelangi.

Narasumber dalam Webinar Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi:
Dokter Diana (Indonesian Nutrition Association) dan Arif Mujahidin (Danone Indonesia)

Danone Indonesia berkomitmen menjadi ruang dalam mengajak masyarakat agar memiliki kebiasaan makan dan minum yang berkelanjutan. Secara khusus dalam konteks mencegah anemia, masyarakat lebih sehat, juga secara umum untuk menjadikan bumi tetap lestari dan tetap layak. Semboyan mereka, One Planet, One Health. Pada akhirnya, semua usaha yang dilakukan baik berdasar kesadaran masyarakat dan berbagai pihak, tujuannya untuk melahirkan generasi penerus yang sehat dan sejahtera: Indonesia yang lebih baik!

Teruntuk para ibu hamil, pastikan asupan gizimu seimbang; pastikan ada kandungan zat besi heme dan non heme dalam piring makan; tak lupa konsumsi vitamin, terutama vitamin c; tablet tambah darah dikonsumsi pula. Katakan tidak pada ADB atau Anemia Defisiensi Besi! Namun yang terpenting dari itu, selama hamil teruslah berpikir positif dan berbahagia. Demi si kecil dalam kandungan. Si zat besi yang kecil itu akan membantu ibu membentuk generasi baru yang sehat sejahtera!



[1] Nabati merupakan bahan pangan yang berasal dari tumbuhan

[2] Fitat dan Tanin merupakan kandungan yang menghambat penyerapan zat besi, paling dominan ditemukan pada kopi dan teh

[3] Zat besi non heme merupakan (kandungan) zat besi yang berasal dari tumbuhan

[4] Zat besi heme merupakan (kandungan) zat besi yang berasal dari hemoglobin hewani

*Semua data utama dalam tulisan ini berasal dari Webinar Peran Nutrisi dalam Tantangan Lintas Generasi yang diselenggarakan oleh Danone Indonesia dalam rangka Hari Gizi Nasional 2021. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Recipe to Combat Stunting: Upgraded Resources and Supportive Policies

Turis Lokal Minggir!