Dia

Nothing better than you


Kalau ini adalah sejenis appreciation post yang kata orang-orang, ya begini lah adanya. Entah kenapa pagi ini terbangun lalu ingin menuliskan ini. 

Sudah dua tahun belakangan ini saya mengenalnya. Saya bahkan masih ingat pertemuan pertama yang pada akhirnya membuat saya dan dia bersama sampai saat ini. Lucu dan sangat berkesan. Namun yang pasti pertemuan pertama kami bukan lah hal yang membuat saya jatuh hati padanya. Kalau dia sepertinya, ya, jatuh hati sejak detik pertama mata kami bertemu. HAHA.

Sejujurnya dia adalah tipe lelaki di luar radarku, juga bukan tipeku. Sebelum mengenalnya, ku punya beberapa kriteria di kepala terkait lelaki yang akan kukencani atau bahkan menjadi teman-musuh hidup selamanya. Saya punya beberapa kriteria, dan waktu itu dia hanya masuk salah satu kriteriaku: lelaki berkulit gelap! 

Jalinan hubungan kami jalannya begitu saja. Bahkan tanpa ada ungkapan "mau jadi kekasihku atau tidak?". Mengalir saja. Padahal, saya adalah barisan perempuan yang ingin kepastian dan tidak percaya ada hubungan semacam itu, sampai akhirnya mengalami sendiri. Ternyata nyata adanya, bahkan jadi lebih indah, apa adanya. 

Diawali dengan hanya masuk salah satu kriteria, hingga kini saya sadar semua kriteria itu tak penting adanya. Dia sudah melampaui semua kriteria apapun yang saya punya. Bahkan tanpa diminta atau tanpa harus berharap. Aneh, lucu, bin ajaib rasanya. 

Dia melebihi apa yang saya bayang-bayangkan selama ini. Bahkan akhirnya membuat saya semakin menemukan diri saya. Misalnya, ternyata saya  mencintai kesederhanaan. Ini hal sepele bisa jadi.      Juga karena dari dia saya belajar dan hingga menemukan banyak jalan hidup kami yang satu arah. 

Dia selalu menempatkan saya sebagai prioritas. Buat saya itu sudah sangat berlebihan dan merupakan anugerah terindah di hidup saya. Suatu waktu, kami hendak pergi berkeliling Pulau Timor. Kami mengecek semua peralatan yang logistik yang kami bawa. Lalu tiba-tiba ada satu kalimat yang keluar dari mulutnya, "...dari semua yang saya bawa ini, yang paling penting itu adalah kamu" 

Dia membuat saya memandang dunia dengan berbeda. Bahwa tidak semua hal harus diukur secara materi. Klise dan kadang kalimat ini buat saya toxic! Kehadiran dan perilakunya lah yang membuktikan. 

Rasanya lebih dari beruntung memiliki dia. Seringkali saya masih terus melihat begitu banyak hal yang kurang di hidup saya. Kurang ini lah itu lah, dan lain-lain. Bersyukur punya dia. 
"Bersyukur punya kamu!" 

Suatu waktu kalau kamu baca tulisan ini, 
Beta cuma mau kamu tau, kalo beta merasa sangat diberkati dan bahwa Tuhan begitu mencintai beta dengan menghadirkan kamu di beta punya hidup. Tausa besar kepala eee.. Kita jalan sama-sama terus. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Recipe to Combat Stunting: Upgraded Resources and Supportive Policies

Turis Lokal Minggir!