Perempuan Timur dan COVID-19: Kisah Kapten Tangguh
Who run the world? GIRLS! Picture credit to pillowtalkmedia.com |
Berbicara
tentang perempuan, di masa, di situasi apapun tidak akan pernah ada kata usai.
Perempuan, Puan, Wanita, apapun sebutannya selalu menjadi garda depan di segala
situasi. Terutama pada situasi-situasti menegangkan. Sebuah artikel yang
ditulis oleh Jack Zenger dan Joseph Folkman[1], memaparkan sebuah hasil
penelitian yang hasilnya menunjukan bahwa, women
are better leaders during a crisis. Bahkan lebih lanjut, keduanya mengungkapkan
hasil penelitian kepemimpinan perempuan di era COVID-1; yang rasanya sudah
banyak tersebar di media sosial.
Dipaparkan,
studi menunjukkan angka kasus dan kematian COVID-19 di beberapa wilayah, secara
sistematis jauh lebih terkontrol pada negara yang dipimpin oleh perempuan. Mereka
juga melihat, dalam pemerintahan di U.S, negara bagian dengan pemimpin
perempuan, memiliki angka kematian lebih rendah. Secara global, ternyata hasil
yang sama pun muncul. Perempuan memegang kendali lebih baik. Sebut saja
Denmark, Jerman, dan New Zealand.
Hal
tersebut rasanya serupa dengan apa yang dilakukan para perempun di wilayah
Timur Indonesia. Mari kita tengok sebentar ke wilayah Amanatun Selatan dan
Amanuban Selatan. Kedua wilayah ini merupakan kecamatan yang terletak di
Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Seorang
senior saya sedang mengabdi di sana. Ia bekerja pada sebuah yayasan yang
berfokus pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Lembaganya menyebutnya sebagai koordinator wilayah. Saya menyebutnya, ‘Kapten
Tangguh’. Selanjutnya dalam tulisan ini, disebut Kapten. Dia seorang perempuan,
sudah menikah, dan memiliki seorang anak. Sebagai koordinator, Kapten adalah
orang yang bertanggungjawab pada pendampingan kader posyandu, bidan desa,
hingga para penerima manfaat mereka yang sebagian besar adalah ibu hamil. Di
samping itu, para orangtua, guru, dan anak yang mereka dampingi di PAUD adalah
bagiannya.
Di
masa pandemi seperti ini, Kapten tidak mempunyai keistimewaan untuk bekerja
dari rumah. Ia harus tetap bergerilya dari satu desa ke desa lain untuk
melakukan pelayanan. Kapten memantau pelayanan kesehatan ibu hamil serta
pelaksanaan pembelajaran dari rumah. “Saya bertanggungjawab di dua desa untuk
program KIA dan 11 PAUD yang tersebar di Amanatun Selatan dan Amanuban
Selatan,” cerita Sang Kapten pada saya.
Jumlah
yang tidak sedikit. Belum lagi wilayah desa yang harus ia jajaki bukanlah
daerah dengan medan yang mudah. Sebutlah seperti Desa Kualeu dan Nunleu yang
akses jalan akan semakin menantang di musim hujan sepanjang Desember-Maret. Para
bidan dan kader pun tak kalah hebatnya. Meski pandemi, mereka tetap memastikan
para ibu tetap mendapatkan pelayanan antenatal. Diperiksa berat badan dan
tinggi badan mereka, tekanan darah, hingga mengecek kondisi kandungan. Sang
Kapten, dengan jangkauan wilayah yang cukup luas, hampir setiap hari melakukan
kontrol. Belum lagi di masa pandemi ini, beberapa ibu hamil yang Kapten temui
merasa cemas dengan kondisi yang tidak menentu. Hal itu membuat mereka was-was,
tidak bahagia.
Preggo mom is one of strong women Photo credit to fmch-indonesia.org |
“Saya
bertemu seorang ibu hamil yang merasa khawatir dan pusing mengurusi
anak-anaknya yang belajar dari rumah. Suami atau bapaknya, lebih banyak pergi
ke kebun. Jadilah dia mengurusi kedua anaknya namun juga harus tetap maksimal menjaga
kehamilan. Ia cerita pada saya, ia kadang merasa sangat lelah,” cerita Kapten.
Beberapa ibu akhirnya memilih untuk “membiarkan” anak-anak mereka belajar
sesuka hati di rumah. “Saya jadi rasa sedih, anak-anak ini ‘kan belum terlalu
paham, tapi di sisi lain, orangtua juga harus kerja,” sambung sang Kapten
dengan raut wajah sendu.
Ia
menuturkan, karena menemukan beberapa ibu yang seperti itu, ia pun sadar, di
masa pandemi, selain kesehatan fisik, kesehatan mental juga penting. Namun
tidak banyak yang menyadari hal tersebut. Termasuk di wilayah dampingan sang
Kapten. Akhirnya, Kapten pun memutuskan untuk mulai lebih memperhatikan sisi
psikologis ibu. Pekerjaannya di masa pandemi ini ia buat berbeda. Ia beri
pandangan pada para bidan dan kader terlebih dahulu. Ia dekati para ibu tidak
sebagai rekan penerima manfaat, tetapi lebih sebagai sahabat. Ia datang
berkunjung untuk sekedar ngobrol, memipil jagung yang hampir kering, atau
bahkan hanya untuk duduk menemani makan sirih pinang. Bahkan, yayasan tempat ia
bekerja pun merespon situasi ini dengan cepat. Mereka mendesain kelas ibu hamil
yang mereka sebut: Kelas Ibu Hamil Bahagia.
Penekanannya
adalah afirmasi positif selama hamil, agar ibu dan si kecil dalam kandungan
dalam keadaan sehat, terutama di masa sulit ini. Kepada saya Kapten bercerita
bahwa kelas ini dijalankan berdasarkan modul yang tim susun, sesuai situasi
pandemi. Kuncinya berpikir positif di
tengah situasi pandemi! Dari sepanjang cerita Kapten, seorang perempuan yang
tetap ambil peran di situasi ini, saya lalu bertanya padanya. “Lalu kalau kamu
sendiri bagaimana?” Saya membayangkan. Di samping berjibaku dengan pekerjaan
lapangannya, ia juga punya keluarga, terutama anak yang juga tentu tak luput
dari perhatian.
“Jujur saja, saya juga lelah. Anak saya, suami juga
harus saya perhatikan. Tetapi saya mau tetap melayani, meski ancaman virus juga
membuat saya takut. Saya tidak bisa berdiam diri saja. Rasanya aneh. Rasanya
tidak pas,” tuturnya. Ceritanya membuat saya tersadar. Rasanya tepat jika ada
tesis yang mengatakan bahwa berbicara tentang perempuan di masa dan situasi
manapun tidak akan pernah usai. Mereka selalu terdepan. Nafas perempuan, nafas
perjuangan. Tidak perlu melihat jauh peran perempuan di negara adidaya. Tengok
sekitar, perempuan-perempuan di wilayah Timur, seperti Kapten. Punya andilnya
masing-masing. Meski mereka tidak turut menurunkan angka kasus, tetapi mereka
punya perjuangan layaknya para pemimpin perempuan hebat di pelbagai negara.
[1] Jack Zenger adalah CEO of
Zenger/Folkman dan Joseph Folkam adalah President of Zenger/Folkmen.
Zenger/Folkmen sendiri merupakan lembaga konsultan pengembangan kepemimpinan.
Komentar
Posting Komentar