LELANG DAN BERBAGI
Pada pekan ketiga bulan Februari
2017 lalu, saya menghadiri Misa Perdana seorang Pastor di Gereja St.Fransiskus
Asisi, kec. Palipi, kab. Samosir. Sebelum bercerita lebih lanjut… Misa
merupakan perayaan ekaristi bagi umat Katolik. Itu yang biasa kalau kalian
lihat banyak umat Katolik pada hari Minggu berbondong-bondong ke Gereja, nah
mereka itu menghadiri Misa. Misa Perdana bagi umat Katolik, terkhususnya bagi
keluarga yang anaknya, pamannya, atau adiknya, atau kakaknya menjadi Pastor
(Imam umat Katolik) adalah perayaan yang besar. Termasuk di Samosir ini,
khususnya di Gereja ini, apalagi Pastor yang perdana memimpin misa perdananya
ini berasal dari Gereja ini.
Tetapi inti dari cerita ini bukan
pada Misa Perdana tersebut, tetapi cerita paska perayaan ini berlangsung. Selepas misa,
kira-kira pukul 12.00 WIB, terdapat satu rangkaian acara yang baru pertama kali
saya lihat ada di perayaan Misa Perdana Pastor: LELANG. Lelang bukan sembarang
lelang.
Lelang ini merupakan suatu bentuk
penggalangan dana; nantinya dana ini akan diserakan untuk keperluan Gereja. Lelang
ini hanya dilakukan pada perayaan besar Gereja, selain Misa Perdana, Natal
adalah perayaan besar lainnya dan biasanya dilakukan lelang pula. Barang-barang
yang dilelang pada hari itu beragam. Ada ulos yang telah dibordir sesuai
dengan tema acara/perayaan, beragam makanan, dan bahkan kepala Kerbau. Seperti lelang
pada umumnya, pertama-tama barang yang dilelang ditampilkan, kemudian si
pembawa acara akan membuka harga awal. Sebagai salah satu contoh barang yang
pada hari itu dilelang adalah ulos. Harga awal ulos Rp 70.000, namun, begitu
banyak Inang, Amang, Abang, Kakak berebutan mengangkat tangan untuk memberikan
harga lebih tinggi. Sebelum menetapkan siapa yang akan membawa barang lelangan,
pembawa acara berteriak dengan suara lantang, “Sada hali… dua hali… tolu hali[1]!!”
Setelah kata “tolu hali” disebutkan,
maka sah barang tersebut dibawa pulang oleh orang yang menawarkan harga
tertinggi.
Saat Pembawa Acara berteriak, "Sada hali!" |
Saya melihat atmosfir yang unik. Unik
karena banyak orang berlomba-lomba untuk mendapatkan barang lelang; ini berarti
menurut saya orang Samosir cukup dermawan (sorry
for the subjectivity). Unik karena saya baru pertam kali melihat
penggalangan dana dengn cara lelang (entah, ini saya yang kurang up to date atau
bagaimana, tapi jujur ini pertama kalinya saya mendapati dan melihat secara
langsung penggalangan dana dengan cara ini). Unik karena ini mengajarkan banyak
hal pada saya.
Hidup ini tentang give and take. Kita memberi maka kita akan mendapat. Kita tidak
akan berkekurangan ketika memberi. Lelang tersebut menjadi analoginya menurut
saya. Kita memberi uang maka kita mendapat barang lelang. Meskipun tidak
seutuhnya bisa kita analogikan dari lelang tersebut. Karena tidak selalu ketika
kita memberi maka kita akan segera mendapat kembali. Iya nggak
sih? :3
Ulos, salah satu barang lelang |
Suasana pada saat lelang |
Komentar
Posting Komentar