MAMURO, MENGUSIR BURUNG NAKAL!



Musim jelang panen merupakan momen di mana sawah akan lebih ramai dibandingkan dengan waktu-waktu biasanya. Burung-burung semakin banyak, karena menyasar padi yang sudah tumbuh sebagai makanannya. Pemilik sawah pun akan lebih sering ke sawah untuk mengusir para burung yang menjadikan padi mereka sebagai sarapan atau  makan siang. Di Samosir, Sumatera Utara, kegiatan mengusir burung jelang musim panen ini disebut Mamuro. 
 
Kegiatan ini biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari, karena pada kedua waktu tersebut, jumlah burung yang mencari makan memuncak. Tetapi bila perlu, mamuro dilakukan sepanjang hari, hingga matahari beristirahat. Banyak cara dilakukan ketika mamuro. Umumnya, cara yang dilakukan ketika mamuro, antara lain: membunyikan kaleng yang telah diikat dan ditempatkan pada beberapa titik di sawah, berteriak, menembaki burung dengan katapel, bernyanyi, meniup terompet plastik, dan bahkan ada yang memutar musik melalui handphone dan diletakkan di salah satu titik di sawah. 


Jean Tamba, mamuro usai sekolah
Kegiatan ini sudah menjadi sebuah rutinitas yang meski kadang membosankan tetapi entah mengapa dirindukan usai panen. Begitu cerita Jean Tamba. Siswa kelas VII SMPN 1 Palipi. Selepas pulang sekolah ia kebagian tugas mamuro. Menjelang sore ia kembali ke rumah untuk mempersiapkan pelajaran esok hari. Berbeda dengan Opung Riska. Baginya mamuro adalah pekerjaan yang membuat hatinya tenang. Ah berlebihan..! Pikir saya. Pikirmu juga pasti ‘kan?. “Iyalah bikin tenang, nang[1]. Kalau gak ku jaga sawah ini gak mamuro aku di sini, duduk di rumah mana tenang aku kan!,” Saya tertawa tipis. Itu maksudnya tenang. Lanjutnya, “Kalau duduk di sawah gini kan enak, nang. Angin sepoi-sepoi bisa juga ini ngobrol sama orang sawah sebelah. Sambil nyirih[2] pula. Di rumah, sepi kan. Cucu sekolah sude[3]!,”. Saya mengangguk saja. Sedangkan bagi Tulang Tipen, mamuro adalah momen menikmati alam. "Duduk kek gini sendiri kan enak. Sore-sore apalagi. Enak gitu lah nikmatin pemandangan alam. Kalau di rumah kan liatnya tembok doang," ujarnya. 

Sedangkan bagi saya, mamuro adalah kegiatan yang unik. Unik karena jujur ini kali pertama saya melihat kegiatan mengusir burung di sawah. Melihat orang membunyikan kaleng yang diikat. Melihat orang berkumpul di tengah sawah sambil bernyanyi. Serta yang paling sering: melihat orang-orang berteriak tidak jelas namun untuk tujuan yang jelas: mengusir burung-burung nakal! Awal mula mencoba ikut mamuro saya merasa geli sendiri. Merasa seperti orang kurang waras berteriak-teriak. Tetapi semakin sering mengikuti kegiatan ini, rasanya menyenangkan juga. Kapan lagi kan teriak-teriak tidak jelas tetapi punya tujuan yang jelas? HA HA HA!  



[1] Nang, panggilan untuk ‘nak di Samosir.
[2] Nyirih, makan sirih
[3] Sude, bahasa daerah berarti semua

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Turis Lokal Minggir!

AIR TUJUH RASA DI DESA AEK SIPITU DAI