MAYORITAS DAN MINORITAS
#NonStopMenulis31Hari (30/31)
Saya tidak tahu manusia mana yang pertama kali memperkenalkan dua kata ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, mayoritas didefinisikan sebagai jumlah orang terbanyak yang memperlihatkan ciri tertentu menurut suatu patokan dibandingkan dengan jumlah yang lain yang tidak memperlihatkan ciri itu. Sedangkan minoritas diartikan sebagai golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat.
Dalam contoh pada kamus, dicontohkan -anggota koperasi. Itu saja. Saya bisa menerima secara logis ya..ya..ya.. Dalam kenyataanya, kata mayoritas dan minoritas ini lebih banyak digunakan dalam isu (uhuk) agama dan etnis. Salah satunya yang saya amati yang belakangan tahun ini ramai dibicarakan dan sedang hangat juga adalah tentang ucapan selamat hari raya natal.
Di Indonesia, kami yang merayakan Natal seringkali disebut sebagai kaum minoritas. Belum lagi mereka yang merayakan Kuningan atau mereka yang merayakan imlek. Entah mengapa.. Saya rasa kurang tepat saja menggunakan kata minoritas pada label agama atau kepercayaan seseorang. Urusan pribadi kan wey?!
Toh jika merujuk pada pengertian, sejatinya kita semua adalah mayoritas! Sama-sama mayoritas! Sama-sama orang Indonesia dengan ciri yang sama. Sama-sama warga dunia. Kata mayoritas dan minoritas hadir seolah hanya sebagai sekat pemisah.
Saya pernah setahun di Samosir bersama teman saya yang menganut agama Islam. Secara agama, sebagian besar warganya beragama kristen. Suatu kali ia pernah berceletuk, "saya di sini kan minoritas,". HEH? Saya tertegun. Kenapa ada bisa kata-kata seperti itu? Saya tidak suka, sungguh tidak suka dengan pernyataan seperti itu. Membuat sekat.
Adalagi. Teman saya. "Ih di tivi ni sonde rame.. karna ini natal katong yang minor sa yang rayakan na jadi sonde rame ke lebaran," ungkapnya sembari bercanda. HEH? Saya tertegun (lagi). "Sonde ada yang mayor atau minor di ini dunia," timpal saya. Orang-orang yang menyebut diri mereka minoritas seringkali akan merasa kecil dan rasa-rasanya quit adalah jalan terbaik. Lalu mereka yang merasa dirinya mayoritas akan merasa memiliki kuasa untuk melakukan apa saja. A pa sa ja.
Tampak dari yang terjadi selama ini. HUFT. Lelah tahu!
Dengan sekat-sekat geblek yang tercipta yang akhirnya membuat hal-hal yang seharusnya tidak terjadi harus terjadi.
Lelah! Ku hanya lelah dengan hal-hal yang tidak penting ini. Mayor minor mayor minor!! Apalah itu.
Komentar
Posting Komentar