ORANG-ORANG MENJAUH DARI GEREJA?
#NonStopMenulis31Hari (17/31)
Hakikat dari agama itu sebenarnya apa? Sering saya bertanya pada diri sendiri. Juga pada teman.
Apakah dengan turut serta dalam aktivitas gereja secara rutin? Ataukah dengan rajin ke Gereja setiap minggu dengan tampilan necis? Ataukah sebaliknya? Tanpa harus melakukan hal-hal seperti itu?
Atau jangan-jangan karena kita terlalu sibuk mikirin soal hakikat sampai kita sendiri tidak sadar sebenarnya kita beragama itu untuk siapa.. dan untuk apa.
Ini sebenarnya hanyalah sebuah refleksi kecil dari cerita kedua teman saya soal bergama dan beriman menurut mereka. Teman pertama saya sebu saja Tere. Sudah tiga bulan dia tidak pergi beribadah pada hari Minggu. Begitu juga dengan aktivitas gereja. Saya bertanya apa alasannya. Jawabannya karena dia muak dengan orang-orang yang tampaknya beragama tetapi ternyata hanya topeng semata. "Ya malas sa pi gereja. Dong keliatan sa rajin.. Tapi nyatanya dong hidup son pernah bae den sesama". Begitu ungkapnya kala itu.
Tapi kan itu urusannya mereka? Tanya saya. Jelas. Itu urusan mereka. Dia hanya sedang dalam puncak jenuh melihat berbagai fenomena yang ada di depannya. Di dekatnya. Lalu memilih pergi saja.
Well. Jujur saya merasa pilihannya untuk pergi begitu saja tidak menyelesaikan masalah. Maksud saya. Ya biarkan saja mereka begitu. Tidak ada hubungan secara langsung. Tetapi tebakan saya orang-orang tersebut berada dekat-dekat dengannya. Dengan menjauh secara fisik mungkin akan membuatnya lebih tenang.
Teman kedua saya. Sebut saja namanya Toro.
Dia sudah tidak pernah lagi ke Gereja dalam beberapa waktu terakhir. Padahal dia seseorang yang ingin mengabdikan hidupnya sebagai pelayan umat. OK OK. Saya akui pemikiran saya masih cukup lurus bahwa seorang calon pelayan Gereja identik dengan dekat pada kegiatan Gereja.
Saya tanya kenapa.
"Ibadah itu tidak harus ke Gereja. Dengan baik pada sesama, dengan bekerja sepenuh hati itu ibadah. Malah saya melakukannya setiap hari"
Begitu jawabnya.
Dua cerita dari dua teman ini, menurut saya merupakan jawaban-jawaban aman orang zaman sekarang yang cenderung lebih liberal pemikirannya. Agama tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang rigid. Intinya cari aman sih menurut saya. Kebutuhan terkait agama, terkait keimanan, tidak sebatas pada kegiatan Gereja. Padahal, kita tengah sibuk dan malas saja dengan ritual yang ada. MUAK? Entahlah. Banyak fenomena yang saya temukan, orang pergi ke Gereja, tetapi sata khotbah.. main HP. Scroll down scroll up. Padahal tidak ada tuh yang nge-chat gituuh. Liat-liat status... Padahal paket data habis tuh.. Statusnya sudah dilihat dari waktu minjem Wi-Fi di rumah kawan. PPFFTTT.
Ya saya menghargainya. Menghargai berbagai pendapat. Gereja lebih kepada hati kita sendiri berikut aktivitas yang kita bangun yang kita anggap baik. Catat.. yang kita anggap ya. Karena menurut saya.. Orang yang baik, sejatinya tidak tahu bahwa apa yang ia lakukan baik. Jangan-jangan ngaku-ngaku aja tuh HEHEHE.
Maksud saya.. Oh come on berhentilah cari aman dengan jawaban-jawaban seperti itu. Kalau malas ya bilang saja malas! HAHAHA.
Saya sendiri memang bukan orang yang aktif di kegiatan Gereja. Ke Gereja ya hanya setiap minggu dan perayaan. Kalau sedang rajin bangun dan ingin ya pergi misa pagi. Gereja menjadi salah satu sarana yang penting sih bagi saya untuk membentuk pribadi saya lebih baik. Gereja tidak hanya secara fisik tetapi juga bagaimana membangun hati kita. Seperti kata beberapa teman saya.
Saya sendiri tidak munafik. Saya kadang malas juga sama Gereja. Gereja juga kadang mulai politis sih.. maksud politis nih.. bukan hanya politik praktis dengan mendukung oknum-oknum tertentu ya. Tetapi juga banyak dikangkangi kepentingan orang yang mau cari muka! Itu dimana-mana sih! HELAAAW!
Jadi, kalau kamu bagaimana kamu memaknai Gereja? Mulai menjauh dari Gereja kenapa?
Semoga bisa jujur sama diri sendiri yeee! Kalau malas yaa malas saja tidak usah cari alasan diplomatis! HAHAHA
Komentar
Posting Komentar