MEMANUSIAKAN MANUSIA

#NonStopMenulis31Hari (10/31)
  
Dulu, entah saat masih SMP atau SMA, saya sering sekali mendengar kalimat dari judul tulisan ini. Memanusiakan manusia. Me ma nu si a kan ma nu si a. Kala itu saya sulit sekali mendefinisikannya. Rasanya sulit dan jauh sekali. Umur semakin bertambah semakin bertambah pula isi kepala. Meskipun isinya masih itu itu saja dan masih harus lebih banyak diisi dengan hal-hal berfaedah. 

Saya pun menemukan untuk memanusiakan manusia HARUS, WAJIB, MUTLAK, diawali dengan diri sendiri. This is the hardest one

Kalau masih..
Minder dengan kemampuan diri sendiri. 
Kalau masih..
Suka menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. 
Kalau masih..
Tidak pernah memberikan pujian pada kerja keras diri sendiri. 
Kalau masih..
Larut terus-menerus dalam kesedihan dan keterpurukan. 
Kalau masih..
Belum bisa mencintai diri sendiri. 

Selamat kamu masih dalam tahap belum memanusiakan dirimu sendiri. Saya pun menyadari semua ini sulit sekali dan membutuhkan proses yang panjang. Proses pendewasaan diri. Dalam proses pendewasaan diri guna memanusiakan diri sendiri saya percaya bisa dibarengi dengan belajar memanusiakan orang lain. 

Senada dengan memanusiakan diri sendiri, memanusiakan sesama manusia juga tidak semata-mata dilakukan secara fisik. Bukan berarti tidak penting. Tetapi bagi saya ide untuk memanusiakan manusia sejatinya mutlak dilakukan dari hal yang sederhana. Tidak perlu serumit pemikiran saya ketika SMP atau SMA tempo dulu. 

Memanusiakan (sesama) manusia bisa dimulai dengan...
Mendengar dengan seksama ketika orang lain berbicara. Simpan gadgetmu.
Memberi apresiasi pada hasil karya orang lain. Simpan egomu. 
Meminta maaf dengan tulus ketika keliru. Simpan congkakmu. 
Lakukan tiga kata magic selalu pada waktunnya. Tolong, Terimakasih, Maaf. Simpan dalam pikiran dan hati. 

Saya masih terus belajar untuk bisa memanusiakan diri dan sesama. Sulit pasti tetapi bukan berarti mustahil. 
By the way, selamat tanggal 10 Desember 2018. Selamat memperingati Hari Hak Asasi Manusia Internasional. Selamat mengingat-ingat momen masih banyaknya orang yang belum bisa menjadi manusia sesungguhnya. Kepala di kaki. Kaki di kepala. Bagus di luar. Keropos di dalam.

*PS: Coba deh nonton vidoe youtube yang saya insert. Rasakan bagaimana lagu ini bercerita. Tentang Munir. Tentang pesan kemanusiaan.
AAAAAAH I love ERK so much!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SAKSI BISU CERITA SAKTI SANG RAJA

Turis Lokal Minggir!

AIR TUJUH RASA DI DESA AEK SIPITU DAI